Senin, 10 Oktober 2016

Selayang Pandang Mengapa #BatikIndonesia Mampu Memukau Dunia

Batik merupakan fenomena penciptaan budaya berbusana yang begitu melegenda di Indonesia. Bukan hanya keindahannya saja yang membuat #BatikIndonesia menjadi produk yang dikenal dunia, namun proses pembuatannya pun mampu menambah pesona salah satu mahakarya Indonesia ini. Selain menawarkan beragam motif yang sarat makna, batik juga menawarkan corak warna yang begitu mempesona. Keindahan warna pada batik diciptakan melalui teknik pemblokan atau pencegahan masuknya warna yang dilakukan menggunakan malam.

Proses Membatik di Museum Batik Jogja
(dokumentasi pribadi)


Ternyata tidak hanya proses pembatikannya saja yang memerlukan waktu panjang, namun proses persiapannya pun perlu dilakukan dengan matang. Untuk memperoleh kualitas kain yang baik, kain yang akan dibatik harus melalui beberapa tahapan tertentu. Saya sempat terhenyak mendengar cerita Mas Didik, salah satu pakar batik di Museum Batik yang mengisi Kelas Heritage episode Jagad Batik beberapa waktu yang lalu. Pagi itu cerita Mas Didik dimulai dari sebuah kayu tua berukuran sekitar 200x25x40 cm yang terletak di salah satu sudut Museum Batik. 

Ternyata kayu tersebut dulunya digunakan untuk proses ngemplongi. Jadi usai dikencengi atau direbus, kain yang akan dibatik akan dipukul-pukul menggunakan kayu di atas papan kayu yang saya ceritakan tadi. Proses inilah yang dikenal luas dengan nama ngemplongi. Selanjutnya kain yang akan dibatik juga harus diuleni menggunakan minyak kacang. Serangkaian persiapan ini dilakukan agar serat kain menjadi lebih rapat, halus dan dingin sehingga batik yang dihasilkan dapat bertahan lama. Jadi jangan heran jika batik jaman dulu itu memiliki kualitas yang begitu baik.

Koleksi Batik Lawasan Simbah Puteri
(dokumentasi pribadi)
Note: Motif Parang (yang paling kanan) Dikenakan Simbah Saat Menikah sekitar Tahun 1950-an yang Lalu

Ini baru proses persiapannya, belum proses menggambar motif yang dilanjutkan dengan pewarnaan yang cukup panjang, mulai dari nglowongi, nembok, nglereki, mbironi, nyoga hingga proses nglorot. Karena itulah selain menjadi salah satu tradisi penciptaan kain bernilai seni tinggi, batik juga menjadi perlambang status sosial, kekuasaan hingga harapan para pemiliknya. Bahkan motif tertentu pada batik juga dapat melambangkan isi hati seseorang. Misalnya saja motif Madu Bronto.

Ketika seorang laki-laki mengenakan motif Madu Bronto saat berkunjung ke rumah seorang gadis, maka hal ini dapat menjadi perlambang bahwa laki-laki tersebut menaruh hati pada salah satu gadis yang berada di rumah yang sedang dikunjungi. Bagaimana jika dalam satu rumah tersebut memiliki lebih dari satu anak gadis? Nantinya saat sedang bertamu, orang tua sang gadis akan meminta anak gadisnya membawakan makanan ataupun minuman tertentu. Makanan atau minuman yang diambil pertama kali oleh sang lelaki inilah yang menjadi pertanda kepada siapa lelaki tersebut menaruh hati. Begitulah batik. Setiap ceritanya selalu menarik untuk ditelisik.

Penggunaan Batik Lintas Masa
Di awal kemunculannya, batik merupakan pakaian yang dikenakan oleh keluarga kerajaan, pengikut ataupun tokoh terpandang saja. Karena itulah proses pembuatannya hanya dilakukan di lingkungan keraton oleh puteri istana dan abdi dalem. Lain dengan perkembangan batik saat ini yang mengenal jenis batik cap. Dahulu yang namanya batik ya murni batik tulis. Karena itulah batik dihargai begitu tinggi. Di jaman Kolonial Belanda, selembar kain batik kualitas bagus rata-rata dihargai 15 Gulden, yang kini setara dengan 15 gram emas. 

Contoh Detail Batik Tulis Lawasan yang Begitu Mengagumkan
(dokumentasi pribadi)
Sekali waktu saya pernah bertanya soal harga batik yang simbah miliki. Simbah pun menjawab "Ada yang Rp 1.500, Rp 2.500, hingga Rp 5.000,. Kalau sekarang ya setara dengan satu kuintal beras”. Ibarat pepatah ada harga ada rupa, hingga saat ini koleksi batik lawasan yang dimiliki simbah masih terbilang begitu baik. Tidak sobek, tidak luntur. Tekstur kainnya juga tetap lentur dan dingin sehingga sangat nyaman saat dikenakan. Ini buktinya!

Koleksi Batik Lawasan Simbah
(dokumentasi pribadi)
Koleksi batik di atas merupakan salah satu batik kesayangan simbah. Sewaktu ditanya kenapa, alasannya klasik, karena "lukisan" di batik ini sangat cantik. Memang dari sekian batik lawasan milik simbah, batik berwarna biru ini merupakan batik yang paling berwarna. Ada detail burung dan kupu yang cantik lengkap dengan isen-isen berupa rangkaian titik-titik yang menambah unik motif pada kain batik ini. Isen-isen di batik ini sangat sesuai dengan cerita Mas Didik, yaitu berupa rangkaian titik-titik yang begitu detail. Pantas rasanya jika batik dihargai sedemikian tinggi.

Sisi Lain Batik dengan Detail Kupu-Kupu Cantik
(dokumentasi pribadi)
Ada satu cerita menarik dari kain cantik ini. Awalnya simbah mengira batik berwarna biru ini hanya memiliki motif yang sama, tapi kenyataannya tidak demikian. Ternyata batik kesayangan simbah ini memiliki dua motif yang berbeda. Di satu sisi ada gambar burung, dan di sisi lain ada gambar kupu-kupu. Hal ini baru diketahui setelah saya kesulitan menemukan gambar burung yang saya potret sebelumnya. Uniknya, saya malah menemukan motif lain yaitu kupu-kupu berwarna ungu. Setelah dilihat dengan seksama, ternyata kain ini memang memiliki dua motif yang berbeda. Senang rasanya melihat ekspresi bahagia simbah waktu itu. Di sela-sela masa penyembuhannya, ternyata lembaran kain cantik ini dapat membuat simbah terlihat lebih bahagia. 

Pertemuan Kain Batik, Kiri Gambar Burung, Kanan Gambar Kupu
(dokumentasi pribadi)
Jogja Kota Batik Dunia

Karya yang dibuat dengan penuh keuletan dan kesabaran dari para pengrajin ini akhirnya berhasil melahirkan mahakarya fenomenal yang kini telah dikenal dan diakui secara internasional. Pada tanggal 02 Oktober tahun 2009 lalu, secara resmi UNESCO menjadikan beberapa warisan budaya Indonesia meliputi wayang, keris dan batik sebagai The Represetative List of The Intangible Culture Heritage of Humanity. Dalam hal ini batik dinobatkan sebagai Masterpieces of Oral and Intangible Cultural Heritage of Humanity.

Tercatat ada berbagai kota yang erat kaitannya dengan perkembangan batik di Indonesia. Beberapa diantaranya tersebar di berbagai daerah di Pulau Jawa, seperti  Jogja, Solo, Semarang, Pekalongan, Lasem, Banyumas, Tuban hingga Madura. Dari sekian banyak pusat batik yang ada, Jogja menawarkan keunikan tersendiri. Tidak seperti berbagai kota lain di Indonesia yang menawarkan corak batik yang terkesan lebih luwes dan fleksibel terhadap perkembangan jaman, Jogja lebih dikenal dengan corak klasiknya. Motif batik begitu khas, tegas dan patuh pada berbagai pakem atau aturan yang telah ada sejak era Kerajaan Mataram. Klasiknya batik Jogja tidak lepas dari sisi sejarah yang tertuang pada Perjanjian Giyanti yang disepakati pada tanggal 13 Februari 1775 silam.

Batik Gaya Jogja: Warna Dasar Putihan dengan Motif Tegas
(dokumentasi pribadi)
Selain membagi Kerajaan Mataran menjadi Yogyakarta dan Surakarta, Perjanjian Giyanti juga membagi berbagai harta Kerajaan Mataram, namun tidak batiknya. Hal ini disebabkan karena batik merupakan suatu kesatuan berbusana yang tidak dapat terbagi. Sesuai dengan titah, akhirnya seluruh batik Kerajaan Mataram diboyong ke Yogyakarta. Karena itulah dalam perkembangannya kini, batik Jogja dikenal dengan beragam corak klasik khas Mataram. Berbagai motif batik khas Jogja ini dikenal luas sebagai motif Mataram asli. Dengan beragam dinamika dan sejarah batik di kota ini, pada tanggal 18 Oktober tahun 2014 lalu, World Craft Council (WCC) menobatkan Jogja sebagai World Batik City. 

Penganugerahan ini diberikan karena Jogja telah memenuhi 7 kriteria dengan baik yaitu nilai historis, orisinalitas, regenerasi, nilai ekonomi, ramah lingkungan, mempunyai reputasi internasional dan mempunyai persebaran luas. Anda akan dengan mudah menemukan batik di Jogja, mulai dari Kabupaten Bantul, Kulon Progo, Gunungkidul hingga Kabupaten Sleman. Setiap tempat memiliki ciri khasnya masing-masing, seperti Bantul dengan motif lawasan seperti Parang ataupun Kulon Progo dengan motif Gebleg Rentengnya. Kini sebutan kota batik dunia pun melekat pada Jogja. Tak ayal puluhan gerai batik pun tersebar di berbagai sudut Jogja, mulai dari Wukirsari, Pandak hingga jantung kota seperti Malioboro. Kota cantik ini juga menyediakan beragam tempat yang dapat digunakan untuk kursus membatik. Tinggal cari saja sanggar batik yang sesuai dengan anggaran belajar Anda.

Sebagai salah satu penegas Jogja sebagai kota batik dunia, Jogja akan menggelar kegiatan bertajuk Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2016 yang akan dihelat di beberapa titik di Jogja mulai tanggal 12 hingga 16 Oktober nanti. Tahun ini #BiennaleBatikJogja akan mengambil tema Tradition for Innovation. Selain menampilkan koleksi batik dari berbagai penjuru nusantara, acara dwi tahunan ini akan mengundang berbagai pakar dunia untuk diajak berdiskusi dan bertukar pikiran mengenai batik. Ada pula sesi World Heritage Tour yang akan mengajak peserta ke berbagai tempat yang menyuguhkan keindahan batik nusantara seperti Museum Batik di Keraton Yogyakarta dan Museum Ulen Sentalu. Selain itu peserta juga akan diajak mengikuti workshop batik di salah satu sentra batik tulis Jogja, Imogiri. Jadi selain menjadi ajang promosi, JIBB juga menjadi ajang edukasi sekaligus pengukuhan pada dunia bahwa #BatikIndonesia mampu bertahan dan bersaing di tengah gempuran fashion modern.

Perkembangan Batik Indonesia
Sejak dahulu, #BatikIndonesia dikelompokkan dalam dua kategori. Selain Batik Keraton atau yang dikenal luas dengan sebutan Batik Pedalaman, ada pula kelompok batik yang dikenal sebagai Batik Pesisiran. Sesuai dengan namanya, Batik Pesisiran merupakan jenis batik yang berkembang di berbagai wilayah pesisir di Indonesia. Berbeda dengan Batik Pedalaman tunduk pada berbagai pakem yang telah ada, Batik Pesisiran berkembang bebas yang acap kali bersentuhan pula dengan berbagai budaya dari luar. Misalnya saja budaya Tiongkok. Meski menawarkan motif dan warna yang lebih berani dan terkesan ceria, Batik Pesisiran ternyata mampu menarik perhatian masyarakat luas.

Seiring dengan perkembangan jaman, batik beralih dari busana keraton menjadi bagian dari seni berpakaian masyarakat luas. Karena itulah proses pembuatan batik juga mengalami berbagai perubahan, mulai dari para pembuat batik itu sendiri, proses pembuatan, tempat pengerjaannya hingga inovasi pada berbagai motifnya. Selain motif batik tulis yang dibuat manual menggunakan canthing, ada pula jenis batik yang motifnya dibuat dengan menggunakan cap yang dibuat dari besi. Motif batik yang diproduksi dengan cara demikian dikenal luas dengan sebutan batik cap.

Baik batik tulis maupun batik cap, keduanya memiliki segmentasi pasar tersendiri. Kita dapat turut berpartisipasi pelestarian batik dengan mengenakan produk batik itu sendiri. Apalagi kini batik sudah berinovasi menjadi berbagai produk menarik seperti kemeja, gaun, tas, cluth, topi hingga beragam bentuk alas kaki yang menawan hati. Tinggal dipilih sesuai selera dan anggaran belanja masing-masing. Dengan mengenakan produk berbahan batik, selain menjadi wujud nyata pelestarian budaya bangsa, kegiatan ini juga dapat membantu perekonomian para pengrajin lokal kita, mulai dari pembatik, para penjual batik hingga para desainer yang setia mempromosikan beragam batik nusantara. 

Oiya, satu yang perlu diperhatikan, penyebutan batik bukan hanya terletak pada motifnya, namun lebih pada rangkaian tata cara pembuatannya, mulai dari nglowongi, nembok, nglereki, mbironi, nyoga hingga proses nglorot. Dengan kata lain, kain motif batik yang diproduksi oleh mesin tidak pas jika disebut dengan batik, melainkan hanya kain bermotif saja, yang kebetulan motifnya dibuat serupa dengan motif batik. Meski sekilas terlihat sama, namun jelas keduanya merupakan hal yang jauh berbeda.


Contoh Batik Tulis, Corak Tidak Persis Sama, Lain Halnya dengan Batik Cap
(dokumentasi pribadi)
Lantas bagaimana cara membedakan kain batik tulis dengan kain batik cap? Sebenarnya membedakan keduanya terbilang cukup mudah. Pertama dilihat dari coraknya. Batik tulis tidak akan serapi batik cap. Pasti akan ada perbedaan antara satu sisi dengan sisi lainnya. Lain halnya dengan batik cap yang motifnya terlihat jauh lebih rapi dan sama dari hulu hingga hilir. Jika besi cap yang digunakan dalam pembuatan batik cap mengalami suatu masalah sehingga menimbulkan kecacatan atau kesalahan di satu sisi motif, maka kesalahan pada batik cap tersebut umumnya akan berulang hingga beberapa kali, tergantung pada panjang kain dan kepadatan motif yang digunakan. Selain itu Anda dapat membedakan batik tulis dan cap dari warnanya. Meski dibolak-balik, warna pada batik tulis hampir serupa karena malam akan tembus hingga kain bagian dalam. Lain halnya dengan batik cap, dimana warna pada kain bagian luar dan dalam akan terlihat berbeda satu sama lain.

Lalu, bagaimana sih cara menyimpan batik agar tetap awet? Sebenarnya ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan agar kualitas batik yang kita miliki tetap awet dan tidak mudah rusak. Pertama, hindari mencuci dengan sabun cuci biasa. Sebisa mungkin batik dicuci menggunakan lerak, lalu dibilas hingga bersih. Selanjutnya hindari menjemur batik di bawah terik sinar matahari. Setelah dicuci, batik cukup diangin-anginkan di tempat yang teduh. Khusus untuk penyimpanan, hindari menyimpan batik dengan posisi terlipat. Jika disimpan dalam jangka waktu yang lama, lipatan-lipatan kain berpotensi membentuk garis putih yang dapat merusak motif batik, utamanya pada bagian lipatan tadi. Penyimpanan yang tepat dapat dilakukan dengan cara direntangkan atau digantung tanpa dilipat. Selain itu penyimpanan kain batik juga dapat dilakukan dengan cara digulung. Cara ini pulalah yang digunakan untuk menyimpan sebagian koleksi batik lawas di Museum Batik. Bagaimana dengan keseruan cerita batik Anda?



Salam hangat dari Jogja,
-Retno-


Artikel ini diikutsertakan dalam Kompetisi Penulisan Blog 2016 yang diselenggarakan oleh Jogja International Batik Biennale (JIBB) yang mengusung tema “Tradition For Inovation”.

Sumber: 

* Kusrianto, A, 2013. Batik, Filosofi, Motif dan Kegunaan. Penerbit Andi, Jakarta

* Materi Kelas Heritage Komunitas Yogyakarta Night at The Museum Episode Jagad Batik

0 komentar:

Posting Komentar

 

Cerita NOLNIL Template by Ipietoon Cute Blog Design

Blogger Templates