Jumat, 21 Agustus 2015

Belajar #LebihBaik Saat Kembali Berkesempatan Merayakan Lebaran

Takbiran Keliling di Jogja, 2015
(dokumentasi pribadi)

Berlebaran di kampung halaman (dalam hal ini adalah Jogja) tentu menjadi salah satu rangkaian acara yang ditunggu-tunggu banyak orang yang bekerja di luar kota. Sungkem dengan orang tua, menikmati makanan khas yang dimasak ibunda, hingga beragam acara silaturahmi dengan saudara layak menjadi hal yang perlu diperjuangkan. Apalagi moment lebaran hanya dirayakan sekali dalam setahun. Karena itulah persiapan mudik lebaran umumnya diperhitungkan jauh-jauh hari.


Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini saya bisa berlebaran di Jogja tanpa harus bersusah payah melintasi jalur mudik. Setahun ini saya bekerja di kota cantik ini. Meski tidak mengalami kemacetan mudik, namun tentu saja jalanan di Jogja mulai terlihat macet. Utamanya beberapa hari sebelum Lebaran tiba. Bendaraan roda empat dengan plat luar kota mulai terlihat memadati beragam ruas jalan di Jogja. Kalau sudah begini macet begini, saya selalu mengingat nasehat seorang sahabat:

“Orang itu kalau belum bisa bersabar, ya minimal bersyukur Nok!” Nah!  


Persiapan Takbiran Bersama Adik dan Keponakan
Keponakan yang Jatuh yang Menutup Muka
(dokumentasi pribadi)

Terkait hal di atas, tahun ini saya juga belajar pentingnya kesabaran dari keponakan kesayangan yang baru berusia sekitar 6 tahun. Sebelum mudik di tempat nenek, ia jatuh dari sepeda dan mengalami luka yang cukup parah di sekitar mulut. Sampai menjelang hari Idul Fitri, bekas luka tersebut masih terlihat dengan jelas. Lalu ada percakapan yang cukup mengharukan yang diceritakan oleh tante saya.

Keponakan: Buk, adek nggak ikut Sholat Ied ya?

Tante: Lho, memangnya ada apa le? (Le tidak lain merupakan kependekan dari thole, sebuah panggilan dalam bahasa Jawa untuk menyebut anak laki-laki)

Keponakan: Adek malu Buk sama ini (menunjuk bekas luka di mulut).

Tante: Nggak papa le. Salah satu alasan kita jauh-jauh datang ke Jogja kan untuk Sholat Ied bersama. Kenapa harus malu? Malu itu kalau melakukan kesalahan. Kan adek tidak salah. Ini kan musibah.

Akhirnya keponakan saya tetap mengikuti Sholat Ied di lapangan. Usai sholat, mereka pun bersalaman dengan warga sekitar. Secara otomatis kebanyakan dari mereka tentu menanyakan perihal luka yang ada di mukanya. Pada akhirnya ia pun menjawab satu per satu pertanyaan yang dilontarkan warga yang bersalaman dengannya. See?


Ketupat Lebaran
(dokumentasi pribadi)

Seperti lebaran pada umumnya, lebaran tahun ini keluarga kami memasak ketupat lengkap dnegan opor ayam dan sambal krecek. Karena di desa, cara masak kami sedikit berbeda dengan orang kota. Kami selalu memasak ketupat di atas tungku dengan bahan bakar kayu. Kata Ibuk ketupatnya menjadi lebih tanak. Walhasil ketupat di rumah bisa bertahan selama 3 hari.


Takbiran Keliling di Jogja, 2015
(dokumentasi pribadi)

Selain membuat makanan, ada beberapa tradisi yang kami lakukan setiap lebaran tiba. Di malam terakhir puasa, kami melakukan takbir keliling dengan rute tertentu. Dan bisa ditebak, takbiran kami dilengkapi dengan beragam lomba yang mampu menyemarakkan suasana takbiran. Mulai dari menghias obor hingga pembuatan berbagai benda unik yang diarak saat takbiran. Ada miniatur masjid,  gubug, kapal dan yang lainnya. Peserta lomba tidak hanya anak-anak semata, namun remaja hingga  dewasa ada yang mengikuti event tahunan ini. Bagaimana cerita malam takbiran di kampung halaman Anda?

Selain itu masih banyak keistimewaan yang melengkapi lebaran keluarga kami tahun ini. Pertama tentunya kesempatan untuk bertemu kembali bulan suci 1436 Hijriah ini. Ibu, bapak, adik dan sanak keluarga sudah mulai berkumpul, bahkan beberapa hari sebelum Idul Fitri tiba. Bagaimanapun juga berkumpul bersama keluarga merupakan hal membahagiakan yang tidak ternilai harganya. Kedua adalah kehadiran cucu dari putera ketujuh nenek kami. Di usia pernikahan yang menginjak 13 tahun tersebut, kini sudah diramaikan dengan tangisan seorang putera yang sehat dan gagah. Bisa dibayangkan betapa istimewanya lebaran di keluarga kami bukan?


Silaturahmi dengan Teman-teman Biologi UGM
(dokumentasi prbadi)

Usai sholat ied bersama, masih ada tradisi bersilaturahmi yang masih dilakukan di Jogja, tepatnya di sekitar lingkungan tempat tinggal saya. Semua tetangga saling bertamu untuk bersilaturahmi sekaligus meminta maaf atas segala kesalan setahun belakangan. Selain menjadi ajang bekumpul bersama keluarga, Jogja juga menawarkan beragam lokasi wisata keluarga yang menarik untuk diulik. Salah satunya adalah Kalibiru. Sebuah destinasi wisata alam yang menawan di Kulon Progo. Saya juga menyempatkan untuk bersilaturahmi dengan teman-teman Biologi UGM.



Kalibiru, Kulon Progo
(dokumentasi pribadi)

Libur lebaran tahun ini saya sekeluarga memutuskan untuk jalan-jalan ke Kalibiru. Sebuah wisata alam yang sedang naik daun di Jogja, tepatnya di Kabupaten Kulon Progo. Di sini Anda akan dijamu dengan sejuknya udara Waduk Sermo yang dikeliling dengan hijau dan segarnya pemandangan Pegunungan Menoreh. Di Waduk Sermo Anda dapat mencoba menikmati wisata perahu, sedangkan di Kalibiru Anda dapat mencoba wahana flying fox yang sedang menjadi trend di kalangan wisatawan. Ini cerita saya, bagaimana dengan moment istimewa lebaran Anda? Share di sini ya!

0 komentar:

Posting Komentar

 

Cerita NOLNIL Template by Ipietoon Cute Blog Design

Blogger Templates