Senin, 24 Oktober 2016

Menjawab Tantangan Budidaya Indonesian South Sea Pearl dalam Perdaganan Mutiara Premium Dunia

Keindahan Indonesian Sea South Pearl
(sumber: Instagram Indonesian Pearl Festival)
Tahukah Anda bahwa dibalik indahnya perhiasan bernama mutiara, tidak hanya ada perjuangan para pembudidaya, investor maupun pemerintah semata. Lebih dari itu, ada pula perjuangan hebat dari para penghasilnya, yaitu kerang penghasil mutiara itu sendiri. Mutiara tumbuh sebagai bagian dari sistem perlindungan tubuh atas masuknya material asing ke dalam tubuh kerang. Seperti halnya manusia, kerang juga memiliki pasukan khusus yang menangani gangguan ataupun benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Saat kerang tidak dapat mengeluarkan material asing tersebut, kerang akan melapisinya dengan material khusus yang bertekstur keras. Pelapisan ini dilakukan untuk memastikan agar benda asing tadi tidak mengganggu metabolisme kerang. Proses yang dilakukan berulang kali ini pada akhirnya mampu membentuk padatan keras bernilai ekonomi tinggi yang kita kenal sebagai mutiara.


Dalam perdagangan mutiara dunia, mutiara dikelompokkan dalam empat kelompok utama yaitu Mutiara Laut Selatan atau yang dikenal luas dengan sebutan South Sea Pearl, Mutiara Akoya, Mutiara Hitam dan Mutiara Air Tawar. Dari keempat jenis mutiara tadi, South Sea Pearl menjadi produk unggulan di pasar premium perdagangan mutiara dunia. South Sea Pearl merupakan jenis mutiara yang dihasilkan oleh kerang bernama latin Pinctada maxima.

Habitat alami Pinctada maxima tersebar mulai dari Myanmar, Thailand, Indonesia, Filipina dan Australia. Namun dari sekian banyak South Sea Pearl yang dihasilkan di dunia, produk South Sea Pearl asal Indonesia yang dikenal luas dengan sebutan Indonesian South Sea Pearl-lah yang mampu menjelma menjadi primadona dalam perdagangan mutiara premium dunia. Status dan letak stategis Indonesia baik sebagai negara maritim terbesar di dunia maupun sebagai bagian dari segitiga koral dunia membuat perairan Indonesia kaya akan nutrisi yang diperlukan bagi pertumbuhan Pinctada maxima. Jadi selain dikaruniai sebagai rumah terbesar bagi populasi Pinctada maxima, perairan Indonesia juga menawarkan lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan Pinctada maxima. Hal inilah yang menjadikan Indonesia sebagai penghasil mutiara laut selatan terbesar di dunia.
Keindahan Indonesian Sea South Pearl
(sumber: 
Instagram Indonesian Pearl Festival)
Ada berbagai kriteria yang menjadikan South Sea Pearl sebagai mutiara premium dunia. Selain karena bentuk yang nyaris sempurna lengkap dengan kemilaunya mutiara yang istimewa, keindahan South Sea Pearl juga tak lepas dari ukuran yang terbilang “raksasa”. Data Kementerian Perdagangan menyebutkan bahwa South Sea Pearl memiliki ukuran mulai 9 hingga 20 mm, dengan ukuran rata-rata mencapai 12 mm. Rerata ukuran South Sea Pearl ini jauh melebihi ukuran maksimal jenis mutiara lainnya. Mutiara Akoya misalnya. Jenis mutiara yang banyak dibudidayakan di Jepang dan Tiongkok ini umumnya hanya berukuran mulai 2 hingga 9 mm saja. Meski ada yang berukuran 10 mm, namun Mutiara Akoya sebesar 10 mm jarang ditemui. Lain halnya dengan Mutiara Hitam yang banyak dibudidayakan di Tahiti. Umumnya, Mutiara Hitam memiliki ukuran 9 hingga 13 mm saja.
Pinctada maxima Hanya Menghasilkan 1 Mutiara dalam Sekali Panen
(sumber: Instagram Indonesian Pearl Festival)
Selain juara dari sisi kemilau, bentuk dan ukuran, keberadaan South Sea Pearl terbilang sangat eksklusif. Berbeda dengan mutiara air tawar dapat menghasilkan puluhan butir mutiara dalam sau siklus masa budidaya, Pinctada maxima hanya mampu memproduksi satu butir mutiara saja dalam sekali masa budidaya. Padahal dalam sekali masa produksi South Sea Pearl dapat memakan waktu hingga 24 bulan. Hmm, bisa dibayangkan betapa eksklusifnya bukan?
Warna Natural Indonesian Sea South Pearl (the Queen of South Sea Pearl)
(sumber: 
Instagram Indonesian Pearl Festival)
Selain menawarkan bergam keunggulan South Sea Pearl yang telah disebutkan di atas, ternyata Indonesian South Sea Pearl menawarkan warna natural yang begitu menawan dan bernilai ekonomi tinggi. Dua warna South Sea Pearl terjarang dan termahal di dunia yaitu warna keemasan hingga silver dapat ditemukan dan dibudidayakan di perairan Indonesia. Berbagai keunggulan inilah yang membuat Indonesian South Sea Pearl mendapatkan julukan the Queen of South Sea Pearl. Jadi jangan kaget jika di pasar mutiara internasional, sebutir Indonesian South Sea Pearl dapat dihargai hingga puluhan juta rupiah.

Julukan the Queen of South Sea Pearl yang diberikan pada Indonesian South Sea Pearl tentu dapat menjadi modal yang baik dalam mengembangkan bisnis mutiara yang dihasilkan oleh Pinctada maxima dari Indonesia. Karena masuk dalam komoditi perdagangan mutiara premium dunia, tentu Indonesian South Sea Pearl telah memiliki pangsa pasar tersendiri. 

Data Perdagangan Mutiara Premium Dunia
(sumberInstagram Indonesian Pearl Festival)
Meski data KKP menunjukkan adanya peningkatan perdagangan Indonesian South Sea Pearl yang cukup tajam dalam tiga tahun terakhir dengan nilai perdagangan Indonesian South Sea Pearl dari USD 26,3 juta di tahun 2013, meningkat menjadi USD 28,9 juta di tahun 2014 dan USD 31,2 juta di tahun 2015, namun jika dibandingkan dengan luas perairan Indonesia lengkap dengan segala potensi di dalamnya, tentu nilai perdagangan Indonesian South Sea Pearl di atas masih terbilang kecil. Padahal data KKP juga menyebutkan bahwa budidaya Pinctada maxima di Indonesia dapat dilakukan di 12 kawasan berbeda yang meliputi Sumatera Barat, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku hingga Papua Barat. Karena itulah diperlukan sinergi khusus baik dari investor, pembudidaya maupun masyarakat luas untuk meningkatkan nilai ekonomi budidaya Pinctada maxima tanpa menimbulkan kerusakan pada kehidupan biota laut lainnya.

Persebaran Kawasan Budidaya Pinctada maxima 
(sumberInstagram Indonesian Pearl Festival)
Karena budidaya Pinctada maxima memerlukan pendanaan yang besar, diperlukan sinergi yang baik antara pelaku usaha, masyarakat luas maupun pemerintah sebagai pemangku kebijakan strategis Indonesia. Dalam hal ini pelaku usaha tidak hanya melibatkan investor dan tenaga profesional budidaya semata, namun juga melibatkan seluruh pihak yang bekerja di perairan Indonesia, termasuk para nelayan. Zonasi dan regulasi terkait penangkapan ikan tentu akan membantu dalam menjaga kestabilan kondisi perairan Indonesia, tidak terkecuali dengan habitat Pinctada maxima itu sendiri.

Perlu diketahui bahwasanya budidaya Pinctada maxima sangat dipengaruhi oleh kualitas perairan lautnya. Pinctada maxima sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan pada habitatnya. Baik buruknya kualitas perairan akan berimbas langsung pada kualitas mutiara yang dihasilkan Pinctada maxima. Karena itulah tidak akan pernah ada mutiara yang sama persis antara mutiara yang satu dengan mutiara lainnya. Keunikan ini tentu dapat dimanfaatkan para pelaku bisnis mutiara Indonesia. Selanjutnya, tinggal dicari keunikan terperinci dari berbagai jenis Indonesia South Sea Pearl yang dihasilkan di masing-masing lokasi budidaya Pinctada maxima.

Sayangnya, dibalik nama besar Indonesian South Sea Pearl, ada beberapa masalah klasik yang masih terjadi hingga kini. Pertama adalah masalah branding dan labeling Indonesian South Sea Pearl itu sendiri. Data Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (selanjutnya disebut KKP) menyebutkan bahwa setiap tahunnya Indonesia mampu memproduksi hingga 6 ton South Sea Pearl. Padahal total produksi South Sea Pearl dunia hanya sebesar 12 ton saja. Dengan demikian, hampir 50% budidaya South Sea Pearl dunia dilakukan di Indonesia. Meski merajai produksi South Sea Pearl, sayangnya gaung brand lokal asli Indonesia yang fokus mengusung Indonesian South Sea Pearl belum terlalu menggema.

Karena itulah labeling Indonesia South Sea Pearl dapat menjadi salah satu solusi yang patut dilirik. Jangan sampai kita dinina-bobokan dengan sebutan produsen terbesar South Sea Pearl yang hanya mampu mengekspor mutiara mentah (South Sea Pearl) tanpa ada label Indonesia-nya. Harapannya Indonesia tidak hanya sebagai eksportir produk mentah South Sea Pearl saja, namun perlahan mampu mengekspor Indonesian South Sea Pearl yang sudah dilabeli “made in Indonesia”

Selain itu, penting pula dilakukan sertifikasi dari lembaga legal yang kredibilitasnya diakui secara internasional. Selain dapat menjadi standardisasi mutu mutiara, sertifikasi yang diakui secara internasional dapat menjadi bukti legal akan kualitas Indonesian South Sea Pearl yang dihasilkan di berbagai kawasan di Indonesia. Harapannya, sertifikasi ini dapat menjadi quality control produk mutiara laut selatan yang dihasilkan Indonesia. 

Selanjutnya, perlu sinergi khusus untuk branding Indonesian South Sea Pearl dalam kancah perdagangan mutiara premium dunia. Selain dapat dilakukan oleh pengusaha terkait, sejatinya masyarakat luas pun dapat membantu branding Indonesian South Sea Pearl itu sendiri. Hal pertama dapat dilakukan dengan menyebar luaskan berbagai informasi dan keunggulan Indonesian South Sea Pearl baik melalui artikel blog hingga status, foto maupun video yang dibuat di media sosial pribadi yang dilengkapi dengan hastag terkait seperti #IndonesianSouthSeaPearl ataupun #ISSP. Meski terkesan sepele, hal ini dapat menjadi upaya branding yang mudah dan murah. Dengan jumlah pengguna aktif sosial media di Indonesia tidak bisa dikatakan sedikit, hastag yang kita buat secara berkala tidak menutup kemungkinan akan menjadi trending topic world wide di berbagai kanal media sosial. Dengan demikian potensi untuk dilirik dunia akan semakin meningkat.

Karena itulah sinergi semua pihak diperlukan alam keberlangsungan budidaya Pinctada maximatidak terkecuali pada perilaku nelayan saat menangkap ikan. Penangkapan dengan bom atau bahan kimia lainnya tentu dapat mencemari lingkungan perairan. Padahal seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perkembangan mutiara dalam tubuh Pinctada maxima sangat dipengaruhi oleh habitatnya. Kalau habitat rusak, kondisi ini dapat mengganggu budidaya Pinctada maxima.

Peran serta masyarakat luas juga dapat ditunjukkan dengan menjaga kebersihan lingkungan serta meminimalisir penggunaan sampah yang tidak dapat didaur ulang. Pasalnya semua sampah yang dibuang begitu saja, yang tidak sempat didaur ulang pada akhirnya akan menumpuk di suatu kawasan. Lebih dari itu, tidak ada pula pihak yang dapat menjamin bahwa sampah manusia tidak akan pernah sampai ke lautan bukan? Padahal rumah dan makanan semua jenis kerang ada di perairan, tidak terkecuali dengan Pinctada maxima, si kerang penghasil mutiara laut selatan Indonesia. Karena itulah meminimalisir sampah perlu dilakukan sedini mungkin. 

Selain itu diperlukan pula perlindungan pemerintah guna melindungi komoditi Indonesia South Sea Pearl dari gempuran mutiara impor. Salah satu dukungan pemerintah guna melindungi produk mutiara dalam negeri dilakukan dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No 44 /Permen KP / 2014 yang membatasi barang pemasukan barang bawaan atau kiriman mutiara dari luar negeri. Sesuai peraturan tersebut, jumlah maksimal mutiara yang boleh dibawa atau dikirim dari luar negeri hanya sebesar 50 gram saja. 
Data Perdagangan Mutiara Premium Dunia
(sumberInstagram Indonesian Pearl Festival)
Kini sektor bisnis Indonesia South Sea Pearl telah melibatkan 9 PMA (Penanam Modal Asing), 13 PMDN (Penanam Modal Dalam Negeri) dan 66 Swasta Nasional yang bergerak sebagai pembudidaya, pengeksportir maupun pengecer perdagangan Indonesian South Sea Pearl. Bisnis di sektor ini juga mampu menyerap 53.000 pekerja perusahaan, 200 tenaga ahli insertor (teknisi budidaya mutiara) WNI dan 50 tenaga ahli insertor WNA.

Jika dibandingkan dengan potensi budidaya Pinctada maxima Indonesia, tentu jumlah tenaga ahli insertor di atas terlalu kecil. Namun dari para insertor yang berpengalaman inilah nantinya keberlanjutan budidaya Pinctada maxima yang tepat guna dapat dilakukan. Dalam hal ini, tentu peran pemerintah dan para pemangku kepentingan sangat dibutuhkan, baik dalam segi pendanaan untuk transfer knowledge maupun sebagai perantara yang menjembatani komunikasi antara insertor dengan penduduk lokal yang berkecimpung dalam budidaya mutiara. Seiring dengan berjalannya waktu, diharapkan agar tenaga ahli insertor WNI mampu melakukan transfer ilmu pada penduduk lokal sehingga kualitas dan kuantitas budidaya Pinctada maxima dapat ditingkatkan.  
Indonesian Pearl Festival(sumberInstagram Indonesian Pearl Festival) 
Setelah branding dan budidaya berhasil dilakukan, perlu pula diadakan eduksi bagi masyarakat dalam negeri sehingga produk Indonesian South Sea Pearl mampu mencuri perhatian pecinta mutiara dari negeri sendiri. Edukasi juga penting untuk mengajarkan masyarakat akan keaslian dan keunggulan mutiara laut selatan Indonesia. Salah satu bentuk edukasi tersebut dilakukan dengan menyelenggarakan event tahunan bertajuk Indonesian Pearl Festival (IPF). Tahun ini gelaran Indonesian Pearl Festival telah memasuki usia yang ke-6. IPF 2016 akan digelar selama 5 hari berturut-turut, mulai 9 hingga 13 November 2016 bertempat di Lippo Mall Kemang. Selain menggelar pameran, IPF 2016 juga dimeriahkan dengan berbagai lomba seperti lomba blog, lomba foto, hingga kompetisi rancangan desain mutiara. Rangkaian acara ini dilakukan untuk mengenalkan keindahan mutiara laut selatan Indonesia baik di tingkat nasional maupun internasional. Para penggemar mutiara, jangan sampai ketinggalan event keren ini ya! Catat tanggal mainnya! 

Semoga sinergi baik seperti ini dapat terus terjaga agar kondisi lautan tetap lestari dan bisnis Indonesian South Sea Pearl makin berseri.



Salam hangat dari Jogja,
-Retno-

Artikel ini diikutkan Lomba Blogging Menguak Tabir Indonesian South Sea Pearl (ISSP) dalam rangka Menyemarakkan 6th Indonesian Pearl Festival (IPF) 2016.

Sumber:
1. Instagram Indonesian Pearl Festival
2. Indonesian South Sea Pearl. Ministry of Trade of The Republic of Indonesia
3. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No 44 /Permen KP / 2014 


Lomba Menulis Blog Dalam
(Sumber: kkp.go.id) 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Cerita NOLNIL Template by Ipietoon Cute Blog Design

Blogger Templates