Minggu, 23 Agustus 2015

Peringatan Usia Istimewa Indonesia di Salah Satu Sudut Jogja

Panngung Utama Malam Tirakatan 2015
(dokumentasi pribadi)
Seperti beragam dusun lainnya, semarak peringatan HUT ke-70 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) di dusun saya mulai terlihat jauh sebelum tanggal 17 Agustus tiba. Dimulai dengan pemasangan bendera merah putih hingga gema latihan paduan suara yang dilakukan oleh murid sekolah daasar dan sekolah menengah pertama yang berdomisili di sekitar tempat tinggal saya. Berbagai lomba khas 17-an pun dilakukan. Lomba yang diadakan tidak hanya diperuntukkan bagi anak-anak saja, namun terdapat beragam lomba untuk remaja hingga orang dewasa.


Meski demikian, puncak peringatan HUT RI di desa kami bukan terletak pada meriahnya lomba ataupun khidmatnya upacara benderanya saja, namun juga terletak pada acara tirakatan. Sebuah acara tahunan yang selalu dilaksanakan setiap tanggal 16 Agustus malam. Rasanya tidak perlu basa-basi lagi. Berikut beragam keistimewaan acara malam tirakatan yang digelar di dusun saya. 


Snack Malam Tirakatan
(dokumentasi pribadi)

Cerita istimewa ini akan saya mulai dengan lokasi malam tirakatan. Peringatan istimewa di tempat yang istimewa. Begitulah kiranya. Kali ini tirakatan tidak dilakukan di perempatan jalan, namun di berpusat di salah satu rumah warga yang baru saja menggelar hajatan ngunduh mantu. Sebuah prosesi yang digelar keluarga pihak laki-laki untuk memboyong pengantin wanita usai melakukan prosesi pernikahan. Panggung yang siangnya diduduki pengantin berserta keluarga ini malam harinya sudah menjelma menjadi ruang pentas dan diskusi warga dengan perangkat dusun yang ada. Meski sederhana, namun dari pemilihan lokasi tirakatannya saja sudah mencerminkan sifat gotong royong yang erat. Belum tentu orang lain mau melakukan hal yang sama bukan?

Dalam catatan saya, peringatan HUT Kemerdekaan kali ini merupakan salah satu satu peringatan yang paling berkesan.  Pertama karena durasi acaranya yang tidak terlalu panjang sehingga sebagian besar warga yang datang tidak pulang usai snack dan minuman dibagikan. Bahkan ketika salah satu acara inti, yaitu rembug desa, banyak warga yang antusias dengan topik yang didiskusikan di atas panggung. Ini menjadi salah satu catatan penting, utamanya jika ingin menyelenggarakan acara diskusi yang melibatkan dan membutuhkan aspirasi warga.


Video Pembukaan Malam Tirakatan 2015
(dokumentasi pribadi)


Ada beberapa hal menarik yang membedakan malam peringatan kemerdekaan RI ke-70 kali ini. Pertama adalah pembuka acaranya. Malam tirakatan tahun ini dibuka dengan suguhan sebuah tarian yang dimainkan oleh dua orang adik cilik berbakat. Karena usia tidak menipiskan ragam budaya! Salut!

Wiiih, pembukaannya saja sangat menarik!”, seru saya dalam hati.

Belum hilang rasa girang saya melihat salah satu ragam budaya Indonesia, eh saya dikejutkan lagi dengan ucapan selamat datang lain yang ditampilkan sesudah pertunjukan tari digelar.

Bu Tampi mendendangkan tembang Jawa yang berjudul Sugeng Rawuh.

“Widiiiiiih, senangnya bukan main mendengar lantunan tembang lawas yang satu ini”.

Dalam bahasa Jawa, sugeng rawuh berarti selamat datang. Sugeng rawuh merupakan sebuah ucapan yang dilantunkan jika Anda datang ke rumah kerabat ataupun sahabat yang berdomisili di Jogja. Sugeng rawuh biasa diucapkan sembari menyalami tamu yang baru saja  datang. Tentu tak lupa dengan senyum ramah khas warga Jogja.


Tembang Sugeng Rawuh
(dokumentasi pribadi)


Belum beranjak kekaguman saya pada ucapan sugeng rawuh yang dinyanyikan Bu Tampi, ternyata acara malam tirakatan dilanjutkan dengan dendangan Macapat. Sayang, judulnya saya lupa.

“Wah-wah, acara malam tirakatan tahun ini memang super keren!, batin saya (lagi).


Paduan Suara Malam Tirakatan 2015
(dokumentasi pribadi)


Selanjutnya ada paduan suara yang menyanyikan beberapa lagu kebangsaan seperti Indonesia Raya, Tujuh Belas Agustus dan Garuda Pancasila. Kali ini semua hadirin diminta untuk berdiri. Acara ini dilanjutkan dengan pembacaan teks Proklamasi, Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Setelah selesai, warga dipersilahkan untuk kembali duduk.  

Lalu acara dilanjutkan dengan potong tumpeng, pembagian dana sosial, pembacaan puisi  dan diskusi warga. Entah kenapa diskusi kali ini begitu hidup. Sebagian besar juga antusias sehingga diskusi dua arah bisa dilakukan dengan baik. Bahkan saya pun tertarik untuk mengikuti diskusi ini hingga selesai. Ada dua poin penting yang dibahas malam ini. Pertama tentang keamanan warga. Kali ini membahas siskamling dan pengambilan jimpitan. Ternyata jimpitan warga yang setiap malamnya yang hanya 300 hingga 500 rupiah per malamnya ini dapat menjadi sumber dana utama di dusun. Beragam bisa kegiatan beroperasi karena dana ini. Salah satunya ya untuk malam tirakatan Peringatan HUT Kemerdekaan RI tahun ini. Keren bukan? 


Diskusi Warga di Malam Tirakatan 2015
(dokumentasi pribadi)
Kedua tentang Kelompok Wanita Tani (KWT) Terong Ungu. Kelompok tani ini mendorong dan memfasilitasi agar setiap keluarga memiliki tanaman pangan rumah. Meski belum bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun setidaknya aktivitas berkebun ini dapat digunakan sebagai ajang memperkenalkan dunia pertanian di lingkungan keluarga. Acara malam tirakatan HUT Kemerdekaan RI tahun ini diakhiri dengan pembagian hadiah lomba. 



Pembacaan Puisi
(dokumentasi pribadi)

Pembagian Dana Sosial
(dokumentasi pribadi)


Pembagian Hadiah
(dokumentasi pribadi)

Sejauh ini, malam tirakatan tahun ini adalah malam tirakatan teristimewa di hati saya. Bagaimana dengan cerita Anda? Share di sini juga ya!


Dirgahayu RI ke-70, Ayo Kerja
(dokumentasi pribadi)


0 komentar:

Posting Komentar

 

Cerita NOLNIL Template by Ipietoon Cute Blog Design

Blogger Templates