Sabtu, 04 Maret 2017

Daftar Kuliner Enak Khas Jogja yang Sayang Jika Dilewatkan Begitu Saja

Banner Lomba Blog #2thGandjelRel
(sumber: www.gandjelrel.com)
Siapa sih yang mau nolak buat liburan di Jogja? Selain dikenal sebagai salah satu surga wisata murah Indonesia, pilihan wisata di Jogja terbilang melimpah. Pecinta wisata sejarah bisa menjelajah berbagai tempat bersejarah mulai dari Candi Ratu Boko, Museum Ullen Sentalu, Museum Anak Kolong Tangga hingga Keraton Jogja dan puluhan tempat menarik lainnya. Begitu pula dengan penikmat wisata alam dan fotografi. Tinggal datangi saja aneka tempat super istimewa di Jogja yang tak ada duanya seperti Gumuk Pasir, Kalibiru, puluhan pantai cantik yang tersebar dari Bantul hingga Gunungkidul atau yang terbaru, berburu keindahan sunrise dan sunset di berbagai bukit menawan di sekitar Kebun Buah Mangunan. Pokoknya mah tinggal disesuaikan saja dengan selera wisata teman-teman semua. 

Asyiknya lagi nih, Jogja juga menawarkan aneka event wisata tahunan yang gratis biaya masuk. Tinggal datang lalu nikmati saja performancenya. Penyuka musik jazz bisa rehat sejenak ke acara Ngayogjazz ataupun Jazz Mben Senen. Pecinta seni dan budaya bisa berkunjung ke Festival Kesenian Yogyakarta, Jogja Street Art Performance, Festival Gamelan Jogja hingga Pekan Budaya Tionghoa.  Begitu pula dengan penikmat kuliner kota gudeg, bisa berburu puluhan kudapan tempo dulu seperti sego wiwit, kipo, wajik ketan, sate kere, klepon dan “teman-teman”nya di event Pasar Kangen. Nggak akan ada habisnya deh kalau ngomongin soal wisata beserta sederet kuliner khas di sekitar Jogja. Mungkin berbagai alasan inilah yang membuat Jogja tetap menjadi primadona wisata di Indonesia.

***

“Terus kalau sudah di Jogja,enaknya nyicip apa ya?”.

Kalau saya ditanya begini sama teman yang mau atau sedang liburan di Jogja, maka saya akan menjawab dengan sepatah kata saja, “banyaaaaaaak!”. Gimana enggak coba, Jogja itu luas banget! Di sisi selatan ada Bantul. Pindah ke bagian barat ada Kulon Progo. Lanjut ke sisi timur ada Gunungkidul. Terus kalau mbolang ke arah utara ada Kota Jogja dan juga Sleman. Jadi mau jalan kemana bisa menentukan arah kulinerannya.

Mmmm, kalau menurutmu enaknya kulineran kemana aja Ret?”.

Kalau ditanya lebih spesifik kayak gini, saya akan menyodorkan daftar kuliner enak khas Jogja yang sayang jika dilewatkan begitu saja berikut ini. Yuk, kepoin yuk?

Sate Klatak 

Kalau ditanya musti nyicipin apa saat liburan ke Jogja, Sate Klatak-lah jawabannya. Sate paling fenomenal di Jogja ini sejatinya merupakan makanan khas dari Imogiri, Kabupaten Bantul. Kalau dari Bandara Adisucipto ataupun Stasiun Tugu, kawasan Imogiri dapat ditempuh sekitar 45 hingga 60 menit perjalanan.

Proses Pembuatan Sate Klatak


Meski tergolong jauh dari pusat kota, namun Sate Klatak menempati urutan pertama dalam daftar panjang makanan yang wajib dicicipi saat berkesempatan liburan di kota gudeg. Saking hitsnya kudapan unik yang satu ini, salah satu scene film Ada Apa Dengan Cinta 2 pun diambil dari salah satu warung Sate Klatak kenamaan di Imogiri sana. Tambah booming deh popularitas kuliner legendaris yang satu ini. Makasih banyak Cinta^^

Sebenarnya tak ada rahasia yang gimana-gimana sih dibalik lezat dan boomingnya kuliner Jogja yang satu ini. Hanya ada “sejumput” sederhananya Jogja yang dibalut dengan “sekotak” pengetahuan dasar saja. Gimana nggak sederhana coba, Sate Klatak ini sejatinya merupakan sate daging kambing muda. Bedanya hanya terletak pada bumbu dan proses memasaknya saja. Setelah dicuci bersih, potongan daging kambing ini hanya dibumbui dengan taburan garam. Selebihnya, keunikan sate ini terletak pada penggunaan tusuk satenya yang terbuat dari jeruji sepeda, bukan potongan bambu yang dihaluskan seperti tusuk sate pada umumnya.

Meski terkesan nyleneh, kombinasi daging muda berbumbu taburan garam yang dipanggang di tengah jeruji sepeda ini membuat daging cepat matang dengan sempurna. Jadi meski dipanggang sebentar saja, tekstur daging sudah empuk namun tidak berbau amis. Tambahan gurihnya kuah gulai yang disajikan bersama sambal mentah dan kecap menjadikan citarasa sate yang begitu pas di lidah. Enak namun tidak eneg. Begitulah kiranya.

Sate Klatak Pak Pong
Seporsi nasi klatak bisa menjadi pilihan makan siang ataupun makan malam Anda. Terakhir makan Sate Klatak Pak Pong rasa-rasanya nggak ngeluarin uang lebih dari 20 ribu rupiah. Duduh, bikin lapar mata nggak sih? 

Ingkung Warung Ndeso

Kalau mau nyicip khas Jogja lainnya, datang saja ke Ingkung Warung Ndeso yang terletak di kawasan Pajangan, Bantul. Ingkung merupakan olahan ayam santan khas Jogja. Dulu Ingkung merupakan salah satu makanan persembahan dalam berbagai ritual Jawa. Namun seiring dengan berjalannya waktu, kini Ingkung menjadi salah satu makanan yang digemari masyarakat luas. Selain Ingkung, di sini Anda juga dapat menikmati kuliner fenomenal lainnya. Salah satunya adalah Gudeg Manggar yang tidak lain merupakan olahan Gudeg yang dibuat dari bunga kelapa muda. Selain dikenal sebagai salah satu pusat Ingkung, kawasan Pajangan juga dikenal luas sebagai salah satu sentra batiknya Jogja. Ibarat pepatah sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui, selain bisa wisata kuliner, Anda juga dapat melestarikan salah satu budaya berkainnya Indonesia yang begitu menggema di dunia. 

Ingkung dan Gudeg manggar Warung Ndeso
Mie Singkong

Selain menawarkan aneka makanan legendaris seperti Gudeg Manggar hingga Sate Klatak, kawasan Bantul, Jogja juga dikenal luas sebagai Kota Mie. Kawasan di sisi selatan kota Jogja ini memang menawarkan inovasi kuliner yang tiada henti. Salah satu yang paling fenomenal adalah olahan mie yang terbuat dari singkong. Di Kecamatan Pundong Anda dapat menemukan sentra pembuatan Mie Pentil dan Mides alias Mie Pedes, sedangkan di Kecamatan Srandakan dikenal luas sebagai sentra pembuatan Mie Lethek. Apa saja sih perbedaan ketiganya? Yuk kepoin sama-sama!

Mie Pentil dan Mides itu ibarat saudara. Bedanya hanya terletak pada warna dan bentuknya saja. Kalau Mie Pentil dibuat dalam bentuk gilik layaknya pentil pada sepeda, sedangkan Mides dibuat dalam bentuk pipih. Sesuai dengan namanya pula Mie Pentil  menawarkan tekstur kenyal khas tepung singkong. Mie jenis ini umumnya dimasak dengan cara digoreng dengan racikan bumbu bawang putih, kemiri, merica, ebi dan garam. Mie Pentil biasa disajikan bersama taburan bawang merah goreng dan sambal. 

Kalau di Bantul, Mie Pentil banyak dijual di berbagai pasar tradisional. Salah satunya adalah di Pasar Niten yang terletak di Jalan Bantul km 5. Ada penjual yang membungkus Mie Pentil dengan daun pisang, namun ada pula yang membungkusnya dengan kertas kertas minyak. Jangan syok soal harga ya gaes, soalnya mie cenol-cenil ini biasa dijual seribuan saja.

Mie Pentil Pasar Niten
Lain Mie Pentil, lain pula Mides. Kalau Mie Pentil biasanya digoreng, Mides diolah sebaliknya, yakni direbus. Sesuai dengan namanya, Mides umumnya dimasak dengan citarasa pedas lengkap dengan kuah gurih yang uenak banget. Meski demikian, yang tidak doyan pedas bisa memesan Mides gurih tanpa cabai kok. 

Selain dapat dinikmati di Pundong sana, Mides juga dijual di berbagai sudut Jogja seperti di Mides Mbak Tur di Kretek, Mides Mbak Rani di Kecamatan Sewon dan masih banyak lagi. Tinggal cari saja mana yang lebih dekat dengan penginapan teman-teman. Karena dibuat tanpa pengawet, baik Mides maupun Mie Pentil hanya tahan 24 jam saja. Oiya, selain dijual dalam porsi siap santap, di Pundong dan beberapa pasar tradisional di Bantul juga menjual Mides mentah. Terakhir beli harganya cuma 8 ribu saja per kilonya. Kalau dalam bentuk siap santap biasanya dijual 8 hingga 10 ribu rupiah saja, tergantung pilihan toppingnya.

Mides Mbak Tur
Inovasi mie khas Bantul yang ketiga bernama Mie Lethek. Dalam Bahasa Jawa, lethek berarti kurang bersih. Eits, bentar-bentar, jangan diartikan mentah-mentah ya! Soalnya penamaan Mie Lethek ini bukan merujuk pada proses pembuatannya, namun lebih merujuk pada warna mie yang agak kecoklatan. Jadi kalau dibandingkan dengan warna mie pada umumnya, warna mie yang satu ini terlihat lethek alias kurang “clinggitu.

Meski pembuatannya menggunakan tenaga sapi, namun kebersihan proses pembuatannya terjamin oke kok. Kalau tidak dibarengi dengan kualitas yang mumpuni, mana mungkin industri mie rumahan ini bisa bertahan dibalik ketatnya persaingan industri mie di Jogja. Selain dijual dalam porsi siap santap, Mie Lethek juga dijual dalam bentuk mentah. Bedanya, Mie Lethek sudah dikemas dalam kemasan ekonomis layaknya bihun mentah sehingga dapat bertahan lebih lama.

Mie Lethek bisa diolah dengan cara digoreng maupun direbus. Kalau dimasak pagi hari sih biasanya digoreng, namun kalau mau disantap malam hari paling pas kalau direbus. Eh bentar-bentar, saya mau pamer dulu nih kreasi Mie Lethek pagi tadi, hehehe

Jepret Kuliner Nusantara Pakai ASUS Zenfone
Di sentra produksinya alias di Srandakan sana, Anda dapat menemukan banyak penjual Mie Lethek. Biasanya warung Mie Lethek buka sejak sore hari. Kombinasi rempah khas nusantara lengkap dengan tambahan kaldu ayam asli, suwiran ayam, telur serta taburan bawang merah goreng membuat citarasa Mie Lethek terasa begitu istimewa. Terakhir kali makan Mie Lethek Rebus di Srandakan plus jeruk nipis panas rasa-rasanya nggak nyampe 15 ribu rupiah deh.

Jepret Kuliner Nusantara Hasil Kreasi Pagi Ini #ihik
Foto Diambil Menggunakan ASUS Zenfone
Growol Kethak 

Selain itu, Bantul masih punya makanan unik hasil inovasi singkong bernama Growol. Growol merupakan pengganti nasi orang-orang jaman dulu. Terdapat dua jenis Growol yang dijual di pasaran. Ada yang bertekstur lengket, namun ada pula yang bertekstur tidak lengket layaknya Gethuk. Growol umumnya dicetak dalam ukuran yang cukup besar. Selain dijual utuhan, pembeli bisa membeli secara eceran. Tinggal sebut saja mau beli berapa Rupiah. 

Growol Kethak
Layaknya nasi, Growol merupakan sumber karbohidrat tanpa rasa jadi cocok disantap bersama aneka lauk-pauk. Meski demikian, Growol memiliki pasangan unik bernama Kethak yang tidak lain merupakan olahan yang terbuat dari kelapa parut. Growolnya plain, kethaknya gurih, cucok deh

Growol Kethak merupakan salah satu jajajan tradisional khas Bantul yang masih lestari hingga kini. Sayangnya popularitas kuliner ini kian hari terasa kian meredup saja. Padahal dari segi rasa terbilang enak lho! Begitu pula dari segi harga. Dijamin nggak akan bikin kantong jebol deh. Beli 10 ribu saja sudah bisa dimakan rame-rame. 

Gatot dan Tiwul Ayu

Lain Bantul, lain pula Gunungkidul. Di Gunungkidul, singkong diolah menjadi makanan lezat bernama Gatot dan Tiwul Ayu. Di kabupaten cantik yang dikenal dengan Goa Pindul dan Belalang Gorengnya ini Anda dapat menemukan brand Gatot dan Tiwul Ayu kenamaan. Yu Tum namanya. Di sini Gatot dan Tiwul dijual dalam ukuran yang cukup besar. Selain cocok dinikmati di tempat, Gatot dan Tiwul Ayu Yu Tum juga cocok dijadikan buah tangan untuk para kesayangan.


Eh bentar-bentar, teman-teman udah tahu gatot dan tiwul belum sih? Gatot itu makanan lezat yang dibuat dari gaplek alias singkong yang telah dikeringkan. Makanan yang diolah dengan cara dikukus ini akan dimasak bersama gula lalu disajikan dengan kelapa parut. Sedangkan Tiwul Ayu dibuat menggunakan tepung gaplek yang dikukus dengan tambahan gula jawa. Seperti halnya Gatot, Tiwul Ayu akan disajikan bersama gurihnya kelapa parut. Rasa sederhana pada kedua olahan singkong ini menjadikannya begitu istimewa di lidah. Kalau di Kedai Yu Tum, Anda dapat menemukan Tiwul Ayu yang diberi topping kekinian seperti cokelat ataupun keju. 

Geblek Benguk


Inovasi singkong juga terdapat di Kulon Progo. Disana Anda dapat menikmati kuliner unik bernama Geblek. Geblek merupakan gorengan berbentuk angka delapan khas Kulon Progo yang dibuat dari tepung singkong. Di daerah yang dikenal luas dengan Kalibiru ini, Geblek biasa disantap dengan Benguk yang tidak lain merupakan olahan tempe sengek yang lezat. Tempe yang digunakan tidak sembarang tempe, namun merupakan tempe yang diolah dari biji benguk atau biji koro. Geblek Benguk paling enak disantap panas-panas. Soalnya kalau sudah dingin, tekstur geblek jadi alot.

“Bentar-bentar Ret, ini kok kebanyakan bahas olahan singkong sih? Kenapa coba????”.

Mmmmm, sebenarnya nggak gimana-gimana juga sih. Aku cuma sedikit khawatir saja, kalau-kalau kuliner tradisional ini kalah pamor dengan makanan kekinian lainnya. Berkali-kali masuk pasar tradisional, aku lihat banyak penjual makanan tempo dulu seperti Mie Pentil, Mie Lethek, Gatot, Tiwul, Growol maupun Benguk itu nenek-nenek yang sudah lanjut usia. 

Salah Satu Penjual Gatot di Pasar Niten
Terakhir kali beli, simbah-simbah yang jual Gatot di Pasar Niten itu ngambilin Gatotnya sudah pakai plastik lho gaes. Aku sempat fotoin soalnya. Jadi nggak ragu lagi deh kalau mau jajan di pasar tradisional 
Simbah Penjual Gatot di Pasar Niten
Sebagai penyedia jasa kuliner, ternyata mereka sadar betul dengan kebersihan produk yang dijual. Pokoknya mah sayang banget kalau sampai aneka jajanan pasar ini sampai kalah populer dengan kuliner kekinian lainnya. Padahal nih ya, kalau dipikir-pikir lagi, dari hulu (singkong) hingga ke hilir (aneka inovasi olahan singkong) itu kan memanfaatkan potensi dan sumber daya lokal. Istilah kata ditanam dan diolah oleh warga sendiri. Sayang banget bukan kalau sampai makanan tradisional seenak ini sampai "terjajah" di negeri sendiri?

"Oh gitu to. Oke Ret. Eh bentar-bentarterus makanan kekiniannya di Jogja itu apaan aja sih?”.

Yang aku tahu sih ada Burger Jhoos-nya Canting Resto, Burger Warna-Warni ala Doodle Burger, beragam bakso berukuran raksasa di Bakso Klenger hingga aneka kuliner nusantara yang sengaja dinaikkan kastanya oleh berbagai resto kenamaan Jogja. Selain melestarikan masakan nusantara, menurut beberapa manager resto yang pernah saya wawancarai, hal ini dilakukan supaya gaung masakan tradisional khas Indonesia semakin dikenal dunia. Seperti salah satu makanan unik ini, Nasi Goreng Soto, yang tidak lain merupakan signature dishnya The Westlake Resort & Resto. 

Nasi Goreng Soto


Sesuai dengan namanya, Nasi Goreng Soto ini merupakan inovasi olahan nasi goreng yang begitu unik. Nasi goreng ini tidak berwarna cokelat seperti kebanyakan nasi goreng pada umumnya, melainkan berwarna kuning dengan rasa soto yang cukup ringan. Uniknya, makanan ini disajikan bersama kuah soto yang begitu cihui. Rempah kuah sotonya itu lho, pas banget di lidah. Jadi habis melahap sesendok nasi, langsung aja diguyur dengan kuah sotonya. Belum lagi tambahan sate ayamnya yang ndaging dengan bumbu yang meresap hingga ke bagian terdalam daging. Kombinasi rasanya nendang banget! Dalam seporsi Nasi Goreng Soto juga dilengkapi dengan acar, emping, kerupuk dan juga sambal. Duh jadi kebayang-bayang lezatnya deh!

The Power of Jepret-Jepret Kuliner Nusantara

"Lantas apa sih manfaat jeprat-jepret kuliner nusantara gitu?".

"Banyak kali manfaatnya!".

"Dengan jeprat-jepret kuliner lokal khas nusantara berarti kita turut andil sebagai duta sekaligus pelestari kuliner tradisional khas Indonesia. Apalagi kalau hasil jepretannya bisa maksimal kaya yang dihasilin Asus Zenfone. Bisa-bisa kamu dikira fotografer profesional. Selain bisa menjadi portopolio pribadi, kamu juga bisa merangkap jadi true heronya para pelaku UMKM di berbagai pelosok nusantara. Kurang keren apa coba?

***

"E tapi gimana dong cara bikin foto yang kece punya?".

Kalau tips dari aku sih cuma pinter-pinternya kita ngambil komposisi, pencahayaan dan angle saja. Foto Nasi Goreng Soto tadi misalnya. Secara komposisi dih sudah bagus. Kalau cuma difoto pas di atas meja bakal terlihat biasa. Tapi coba deh seperangkat nasinya diangkat sedikit trus dihadepin ke salah satu spot instargamable-nya tempat makan yang tengah dikunjungi. Pasti jadinya lebih cihui. Seperti ini misalnya:

Pose Lain Nasi Goreng Soto
Beda nggak sih sama foto pertama tadi?
"Kalau mau lebih bagus lagi, ya jepret saja pakai ASUS Zenfone. Misalnya saja dengan ASUS Zenfone 3 (ZE520KL). Dengan teknologi terbaik saat ini, smartphone keren besutan ASUS yang satu ini dilengkapi PixelMaster Camera 3.0 dengan kamera belakang 16 MP dan kamera depan 8 MP dan lensa aperture f/2.0 yang besar. Selain itu, ASUS Zenfone 3 (ZE520KL) juga dilengkapi dengan laser auto focus untuk setiap jarak dan pencahayaan instan yang begitu jelas, yang dapat diambil dalam waktu 0,03 detik saja. Asyiknya lagi, ASUS Zenfone 3 (ZE520KL) juga dilengkapi dengan electronic image stabilization yang dapat menstabilkan dan memaksimalkan foto dan video Anda sehingga bebas dari efek blur. Jadi jangan kaget ya kalau dikira fotografer profesional usai memotret atau mengambil video menggunakan ASUS Zenfone". Ditulis sembari manggut-manggut... 

***

“Ada lagi Ret yang sayang dilewatkan kalau sudah sampai di Jogja?”. 

“Tenang-tenang, stok kuliner enak Jogja masih banyak kok”. 

Putu Ayu Lempuyangan


Putu Ayu Lempuyangan terletak tepat setelah pertigaan stasiun Lempuyangwangi. Putu Ayu di tempat ini dijual 700 rupiah saja. Ada dua warna Putu Ayu yang dijual di sini. Ada yang putih dan ada yang hijau. Meski beda warna, rasa keduanya sama saja kok. Selain menjual Putu Ayu, tempat ini juga menjual aneka jajanan lawas lainnya seperti Klepon, Cenil, Lopis, Onde-Onde dan juga Lumpia. Harganya cukup terjangkau kok, mulai dari 250 hingga 1500 saja.

Kuliner Dongkelan

Camcao Bu Saeni
Dongkelan merupakan perempatan dengan lampu merah pertama di Jalan Bantul. Perempatan ini merupakan pertemuan antara Jalan Bantul dengan Ring Road Selatan. Sudah sejak lama kawasan ini dikenal sebagai salah satu pusat kulinernya Bantul. Ada beragam jenis makanan dan minuman yang dijual di area ini mulai dari es dawet, camcao, aneka jenang, lumpia hingga sate ayam. Seporsi Dawet atau Camcao dijual dengan harga Rp 2.500 saja, sedangan aneka jenang dijual seribuan. 

Sate Ayam Cak Iran
Kalau malam hari, Sate Cak Iran dapat menjadi pilihan makan malam yang oke punya. Tak ada batasan harga di sini. Pembeli mau minta berapa pun tetap dilayani. Selain dikenal enak, potongan daging ayam di sini juga besar-besar. Selain itu, malam hari di Dongkelan juga diramaikan dengan kehadiran Lumpia Dongkelan yang sudah begitu terkenal. Lumpia di sini dibanderol dengan harga Rp 1.600 hingga Rp 2.000, tergantung isian yang dipilih yakni biasa, ayam atau isian yang ditambah dengan telur puyuh. 

Dalam penyajiannya, Lumpia Dongkelan dilengkapi dengan acar dan parutan bawang putih. Lumpia di tempat ini dikenal enak karena isiannya citarasa isian yang manis berpadu apik dengan kulit lumpia yang renyah. Selain itu di sekitar perempatan Dongkelan juga ada warung Banso, Mie Ayam, Gudeg dan juga Pempek. Lengkap banget!

Serabi Kocor Bu Ngadinem


Kalau mau nyerabi kocor yang enak saat liburan ke Jogja, datang saja ke Serabi Kocor Bu Ngadinem. Serabi fenomenal ini tak hanya digemari penduduk lokal saja lho, namun banyak pula dicari oleh wisatawan yang sedang berlibur di Jogja. Selain rasanya yang enak, harganya juga ramah kantong, cuma Rp 1.500 saja. Seporsi serabi tradisional Bu Saeni berisi setangkup alias dua biji serabi gurih yang dilengkapi dengan manisnya kuah gula jawa. Serabi legendaris ini buka sejak sore hari. Tutupnya kalau serabi sudah habis. Biasanya sih pukul tujuh malam saja sudah nggak kebagian. Jadi jangan kemalaman ya kalau mau nyicip jajanan lawas yang satu ini.

Serabi Kocor Bu Ngadinem
Wedangan Kampoeng

Kalau teman-teman ingin icip-icip nasi rames dengan aneka lauk-pauk dan sayur-mayur khas pedesaan, datang saja ke Wedangan Kampoeng. Warung makan yang terletak di Jalan Kaliurang km 14 ini menawarkan suasana serba tempo dulu, baik pada pilihan kulinernya maupun pada berbagai spot asyik yang dapat dipilih untuk menikmati aneka kuliner yang tersedia di sini. Selain ada joglo dan bungalau, terdapat pula tempat lesehan yang tempatnya didesain layaknya kandang. Karena terletak di seberang sungai, kalau mau lesehan harus lewat jembatan bambu dulu. Asyik banget deh.


Kuliner di Wedangan Kampoeng

Meski nyaman banget buat kongkow, namun tempat ini dikenal sebagai warung makan yang murah meriah. Kemarin sempat nyicip nasi, sayur, nila plus ambil 8 gorengan cuma habis 26 ribu aja. Jadi kalau mau nyari lokasi ngopi-ngopi cantik yang nggak bikin kantong jebol, datang saja ke sini. Selain masakannya enak, Wedangan Kampoeng ini luas dan cukup instagramable lho! Lumayan lah buat update sosial media teman-teman semua. Jadi, kapan ngeJogja lagi?


Salam hangat dari Jogja temans,
-Retno-


Artikel ini diikutsertakan pada Blogging Competition Jepret Kuliner Nusantara dengan Smartphone yang diselenggarakan oleh Gandjel Rel.

12 komentar:

  1. Dari semuanya, mie singkong yang paling unik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Unik plus enak Mbak Nita.. Kalau ke Jogja, mampirlah ke Bantul buat nyicipin mie-mie unik ini..

      Hapus
  2. Yess, udah pernah nyobain sate klathak. Enaaaakkk sambil ngeri liat tusukan satenya hehe :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang endess Mb sate klataknya.. Sayangnya cuma dua tusuk per porsi, ehehe :D

      Hapus
  3. saya suka soto...nasi goreng soto bikin ngencesss..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nasi goreng sotonya emang enak banget Mb.. Kalau pas nginep di The Westlake Resort, menu ini wajib dicicipin deh..

      Hapus
  4. Aku penasaran sama growol kethak, belum pernah nyoba. Kalau yg lain2 rata2 udah pernah. Aku kangen tempe benguk, dulu sewaktu masih ada eyang di Wates, aku suka jajan benguk ini di Pasar Wates. Jan enak tenan je ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benguk emang endes bgt Mb Uniek, tapi growol kethak nggak kalah enak, eaaa #statuskompor ;)

      Hapus
  5. Memang jogja surga kuliner . .muanteppp

    BalasHapus

 

Cerita NOLNIL Template by Ipietoon Cute Blog Design

Blogger Templates