Kamis, 31 Mei 2018

PesonaRamadan2018 Terpikat Wadai Khas Kota Seribu Sungai


 
Ipau Khas Banjarmasin (Dokumentasi Pribadi)
“Lapisan putih itu beradu apik dengan potongan wortel, kentang, bawang bombay, juga cincangan daging berbumbu. Disela-sela mereka, hadir pula irisan daun bawang yang memperkaya aroma, juga rasa kudapan yang sengaja dimasak untuk kami. Awalnya sepotong wadai (baca: kue) berguyur santan ini saya kira kue lapis biasa, ternyata bukan. Konon wadai ini hanya muncul saat bulan Ramadan saja”.

***
Berjumpa Mas Orie di Galeri Orie Sasirangan (Dokumentasi Pribadi)
“Selamat datang di Kota Seribu Sungai”, sapanya bersungging senyum. 

Senin ketiga di Bulan Juli tahun lalu kami dipertemukan dengan salah satu seniman kebanggaan Tanah Banua (sebutan lain untuk Banjarmasin) sekaligus pemilik Galeri Orie Sasirangan, Wim Ansyori Hamim, yang kerap disapa dengan sebutan Mas Orie.

Saya pun membalasnya dengan senyum terbaik. Sembari berjabat tangan, tidak lupa saya ucapkan terima kasih atas ketersediaan waktunya untuk bertemu dengan kami. Setelah masuk ke ruang tamu, ternyata kami disambut oleh Mama Mas Orie, juga beberapa karyawan Galeri Orie Sasirangan yang semuanya merupakan wanita yang berprofesi sebagai penjelujur sasirangan. 

Sasirangan merupakan kain tradisional kebanggaan warga Banjarmasin. Kain-kain ini dibuat dengan teknik yang cukup unik. Pertama-tama kain digambari dengan motif tertentu, lalu dijelujur di sepanjang motif kain. Setelah itu, jelujuran harus ditarik erat agar motif yang digambar berhasil terlihat usai diwarnai. Usai diwarna, dijemur lalu dipotong benang jelujurannya akan muncul paduan motif dan warna yang cukup unik untuk ditelisik. Karena berbagai motif sasirangan diperoleh dari hasil jelujur, kain tradisional khas Banjarmasin ini dikenal luas dengan sebutan sasirangan, yang tidak lain berasal dari kata sirang yang berarti jelujur.

***

Setelah saling memperkenalkan satu sama lain, Mas Orie mempersilahkan kami masuk ke ruang kerja pribadinya. Setelah kami semua mendapat tempat untuk duduk, tanpa diminta, ia mulai bercerita tentang sejarah kain kebanggaan Urang Banua ini. 

Di awal kemunculannya, sasirangan merupakan media pengobatan. Ada tiga warna dasar sasirangan. Merah dari kesumba, mengkudu atau gambir untuk mengobati imsomnia, hijau daun pandan untuk mengurangi gejala kelumpuhan, sedangkan kuning dari kunyit dan temulawak untuk menyembuhkan penyakit kuning. Karena digunakan sebagai media pengobatan, kain ini diberi nama kain pamintaan alias kain permintaan untuk kesembuhan. Namun ada pula sumber yang menyatakan bahwa sasirangan digunakan sebagai media penyembuhan penyakit yang tidak terlihat.

Mas Orie (Dokumentasi Pribadi)

“Ada yang bisa menebak motif apa yang ada belakang saya ini?”, tanyanya sambil menggelar kain putihan yang akan digunakan untuk memberi contoh proses pembuatan sasirangan pada kami.  

Sebagian dari kami mencoba menebak, tapi masih salah. Sebagian lainnya  masih terpaku dan mungkin juga terpukau dengan gradasi warna sasirangan yang digantung pada tembok bercat orange itu......., hingga terdengar jawaban: “Burung enggang” dari bibir Haikal.

“Yak, betul! Kamu punya bakat seni yang tinggi”, sahut Mas Orie sembari tersenyum.

Sontak beberapa detik kemudian pandangan kami beralih pada Haikal. Si illustrator handal kesayangan kita semua.

Selesai menggambar, Mas Orie membagikan kain putihan pada kami. 

“Coba praktek membuat sasirangan ya. Nanti habis saya kasih contoh, kalian langsung praktek”, ujar Mas Orie kemudian. Tak ayal, beberapa jam kemudian kami habiskan untuk menggambar motif, menjelujur kain, menarik satu per satu hasil jelujuran kami lalu dilanjutkan dengan proses mewarnai kain. Umumnya pewarnaan sasirangan dilakukan dengan beberapa kali pencelupan, baik untuk sasirangan satu warna maupun sasirangan yang diwarnai dengan gradasi warna tertentu.
Kiri: Yuri dengan Sasirangan Warna Alam, Kanan: Haikal dengan Orie Sasirangan
(Dokumentasi Pribadi)

Setelah dijemur sampai apuh (tidak meneteskan air), kaitan jelujuran di sepanjang kain yang belum kering itu kami guntingi satu per satu hingga terlihat motif sasirangan yang beradu apik warna unik khas Orie Sasirangan. Di titik ini kami senang sekali karena bisa mempraktekkan langsung cara membuat sasirangan dengan cukup baik. Belum usai kegembiraan kami, tiba-tiba saja seloyang wadai (baca: kue) berwarna dasar putih dihadirkan di tengah-tengah kami.


Ipau Khas Banjarmasin (Dokumentasi Pribadi)

“Lapisan putih itu beradu apik dengan potongan wortel, kentang, bawang bombay, juga cincangan daging berbumbu. Disela-sela mereka, hadir pula irisan daun bawang yang memperkaya aroma, juga rasa kudapan yang sengaja dimasak untuk kami. Awalnya sepotong wadai berguyur santan ini saya kira kue lapis biasa, ternyata bukan. Konon wadai ini hanya muncul saat bulan Ramadan saja”.



***



“Ini ipau. Wadai khas Banjar yang hanya dijual saat bulan Ramadan. Kalau kawan-kawan tiba di sini saat bulan puasa, ipau banyak dijual di Pasar Wadai yang berlokasi di depan kantor walikota, tepatnya di sepanjang tepian Sungai Martapura. Karena kalian sampai di Banjarmasin setelah lebaran, kami sengaja masakkan ipau khusus untuk kalian semua. Ayo segera dicicipi”, terang Mas Orie siang itu.



“Biar tahu wadai enak rasa khas Banjar”, tambahnya sembari tersenyum.


Paduan gurih dari lapisan tepung, olahan topping dan guyuran santan kali ini lumer bersama rasa bahagia bercampur haru yang melingkup di dada.

"Ini ipau terenak di dunia!!!" pekik saya dalam hati.


***


Jika kawan-kawan ingin menikmati libur Ramadan di Banjarmasin, ada beberapa rekomendasi wisata yang asyik dinikmati sembari menunggu Pasar Wadai buka. Kalau tertarik full day trip, Pasar Terapung Lok Baintan dapat menjadi pilihan yang menarik. Meski berada di Kabupaten Banjar, pasar terapung yang berusia ratusan tahun ini telah menjelma menjadi salah satu ikon pariwisata khas Banjarmasin. Belum ke Banjarmasin kalau belum sampai ke Lok Baintan. Begitu kira-kira ungkapan yang cukup terkenal di dunia maya.


Pasar Terapung Lok Baintan (Dokumentasi Pribadi)
 

“Berangkatlah di pagi buta!”, saran seorang pramuwisata yang pernah menemani kami berkeliling Banjarmasin. Selain belum terlalu panas, di pagi hari umumnya belum terlalu banyak transaksi sehingga lebih leluasa untuk berkeliling Lok Baintan atau sekedar memilih belanjaan maupun jukung yang ingin ditumpangi. 

Selain berjualan, acil, sebutan untuk bibi-bibi penjual di pasar terapung juga kerap menyewakan jukung pada wisatawan. Sampai lebih pagi berarti lebih banyak pilihan jukung yang akan ditumpangi. Datang siang sedikit saja biasanya lalu lintas sudah padat merayap. Kalau sudah begini, arena untuk mendayung jukung pun menjadi sangat terbatas. Apalagi jika kawan-kawan berkunjung ke sini saat akhir pekan ataupun hari libur nasional.
 
Keindahan Ragam Hias di Kompleks Masjid Sultan Suriansyah (Dokumentasi Pribadi)

Puas berbelanja di pasar terapung, sepulang dari Lok Baintan kawan-kawan dapat mampir untuk menikmati pesona wisata religi di Masjid Sultan Suriansyah. Masjid bernuansa hijau ini merupakan masjid dengan ragam hias terindah di Banjarmasin. Jadi jangan heran jika masjid ini tetap ramai meski kawan-kawan berkunjung di hari kerja. Akses yang mudah dan murah, juga fasilitas masjid yang dilengkapi dengan dermaga, area parkir yang luas, juga kamar mandi yang bersih membuat Masjid Sultan Suriansyah menjadi salah satu primadona wisata religi di Banjarmasin.


Salah Satu Toko di Kampung Sasirangan (Dokumentasi Pribadi)


Beranjak siang, kawan-kawan dapat melanjutkan perjalanan menuju kampung sasirangan. Di Kampung Sasirangan, kawan-kawan dapat berbelanja berbagai produk yang dibuat dari kain sasirangan mulai dari baju, dress, scarf, tas, pouch hingga alas kaki. Harga produk sasirangan bergantung pada bahan kain sasirangan. Untuk sasirangan yang dibuat kain katun dijual dengan harga mulai seratus lima puluh ribu rupiah. Kalau sedang beruntung, kawan-kawan dapat melihat aktivitas pembuatan sasirangan langsung dari rumah para pengrajin sasirangan. Selain toko besar, banyak rumah warga yang berubah menjadi toko-toko kecil yang menjual kain sasirangan. 

Menjelang sore, Pasar Wadai dapat menjadi lokasi menarik untuk berburu takjil seperti aneka wadai khas Banjarmasin seperti ipau, sari pengantin, puteri selat maupun kasusun. Selain ipau, umumnya wadai di Banjarmasin itu bercitarasa manis. 

Inovasi Ipau, Ada Topping Potongan Telur Rebusnya! (Dokumentasi Pribadi)


Wadai Sari Pengantin Khas Banjarmasin (Dokumentasi Pribadi)

Wadai Kasusun Khas Banjarmasin (Dokumentasi Pribadi)

Sebagian besar wadai khas di kawasan memang dibuat dengan bahan utama adonan tepung. Rasa, pewarna, jenis pemanis dan bahan topping lah yang menjadi pembeda. Foto di atas misalnya. Wadai sari pengantin maupun wadai kasusun ini sama-sama bercitarasa manis. Keduanya hanya dibedakan oleh pilihan pemanis wadainya saja. Wadai sari pengantin menggunakan gula pasir, sedangkan wadai kasusun menggunakan gula merah. Selain itu ada pula wadai yang disajikan menggunakan kuah seperti serabi, kokoleh ataupun laksa.

Kokoleh Khas Banjarmasin (Dokumentasi Pribadi)
Untuk lauk khas Ramadhan, Banjarmasin menawarkan berbagai jenis sayur yang hampir mirip dengan sayur di Jawa seperti sayur bening, sayur nangka, tumis kacang ataupun tumis kangkung. Bedanya, Banjarmasin itu punya olahan ikan sungai yang melimpah, mulai dari olahan ikan patin, gabus, nila hingga papuyu. Ada yang dimasak habang, sebutan untuk ikan masak cabai merah, ada pula yang ditumis, dibakar ataupun digoreng. 

Selain itu Banjarmasin juga memiliki beberapa kuliner ikonik seperti soto banjar, kupat kandangan, lontong orari, nasi kuning, mie bancir dan nasi goreng. Menariknya, aneka kuliner ini banyak dijajakan di berbagai sudut Kota Banjarmasin. Jadi kawan-kawan tidak akan kesulitan untuk mencicipi beragam kuliner ini. Oiya, kalau di Banjarmasin itu sotonya pakai lontong ya. Kalau pesannya soto nasi disebutnya nasi sop. Jadi, jangan sampai salah pesan^^ 

Satu lagi, nasi gorengnya jangan sampai lepas ya! Nasi goreng banjar itu super duper spesial karena dibuat dari beras gambut yang bertekstur lembut tapi kepyar. Enak banget! Kalau favorit teman-teman sih nasi goreng pete dan nasi goreng seafood.
***
Pilihan Klotok untuk Berwisata Menikmati Peradaban Sungai di Banjarmasin (Dokumentasi Pribadi)
Menariknya, keempat lokasi wisata yang saya ceritakan di atas dapat diakses menggunakan klotok, sebutan untuk perahu kayu bermesin yang banyak terdapat di Pulau Kalimantan. Sayang rasanya jika sampai di Banjarmasin, tapi kemana-mana memilih akses melalui jalur darat. Apapun alasannya, Banjarmasin itu kota sungai. Jadi paling asyik ya jelajah melalui jalur sungai ataupun melalui warisan kanalnya yang tersohor sampai Eropa sana.

Jika ingin menikmati wisata dengan waktu yang fleksibel, saya sarankan untuk menyewa klotok. Meski biaya sewanya agak mahal, satu klotok dapat dinaiki hingga 6 atau 14 penumpang, tergantung ukuran klotok yang disewa. Begitu pula dengan harga sewa klotoknya. Jenis dan ukuran klotok akan mempengaruhi harga sewa klotok. Kalau dapat teman sewaktu traveling di sana, nanti kalau dihitung-hitung jatuhnya tidak terlalu mahal.

***

Pada akhirnya, selain begitu terkenang dalam kegembiraan ingatan, ipau yang dibuat dengan kasih sayang dari keluarga baru kami di Banjarmasin kala itu sungguh menambah kecintaan kami pada Banjarmasin, si seribu sungai. Terima kasih banyak Mas Orie dan keluarga! Dan selamat menikmati Pesona Ramadan 2018 kawan-kawan semua!

Salam hangat dari Jogja,
-Retno-

0 komentar:

Posting Komentar

 

Cerita NOLNIL Template by Ipietoon Cute Blog Design

Blogger Templates