Minggu, 31 Desember 2017

Jelajah Bahagia Bersama Astra


Honda Astrea Grand yang diproduksi pada tahun 1997 ini merupakan sepeda motor pertama di keluarga kami. Disadari atau tidak, kendaraan roda dua berwarna hitam dengan corak kombinasi berwarna pink, ungu dan merah tua pada body bagian samping ini merupakan perantara ribuan moment bahagia keluarga kecil saya di Jogja sana. 

Jelajah Bahagia Bersama Astra Dimulai Dari Sini…
Jalinan kebersamaan keluarga saya bersama Astra dimulai sekitar seperempat abad yang lalu, tepatnya saat bapak mendapat kendaraan dinas berupa sepeda motor Honda CB di tahun 1992. Setelah bertahun-tahun bersepeda menuju tempat kerja, mendapat kendaraan dinas pribadi tentu memberi kemudahan tersendiri bagi bapak. Motor bertangki depan yang keseluruhan body-nya dicat hijau army itu jadi “kawan” kerja bapak selama lima tahun berturut-turut. Tiga tahun pertama pada saat bapak dinas di Koramil Sewon, dua tahun selanjutnya saat bapak pindah tugas ke Koramil Kasihan. Secara administrasi, kedua lokasi kerja bapak tersebut berada di wilayah Kabupaten Bantul, Yogyakarta. 

Sebagai kendaraan dinas, bapak menggunakannya untuk berbagai keperluan pekerjaan mulai dari apel pagi, jadi komandan upacara hingga bolak-balik ke tempat kerja, baik itu ke koramil, kodim atau berbagai tempat lain yang sesuai dengan agenda kerja bapak. Entah kebetulan yang disengaja atau tidak, tempat kerja bapak di Kasihan itu berada tepat di depan sekolah dasar tempat saya belajar. Jadi meski paling sering diantar jemput ke sekolah oleh ibu dengan bersepeda, namun sewaktu bapak ngantor paginya ke koramil, sesekali saya berangkat sekolah bareng bapak. Istilah kerennya ke sekolah nebeng bapak.
 
“Pegangan ya Nduk”, begitu kalimat yang selalu diucapkan bapak sebelum berkendara.

“Iya Pak”, jawab saya dengan mantap. 

Lucunya, meski berkendaranya pelan saja, berulang kali sudah bapak menanyakan pertanyaan yang satu ini.

“Sudah siap ngeng-ngeng to nduk?”,ujarnya sembari memalingkan kepala ke belakang.

Dalam Bahasa Jawa, istilah “ngeng-ngeng” kerap diidentikkan dengan naik motor bak pembalap, sedangkan nduk merupakan panggilan kesayangan yang kerap dilontarkan saat menyebut anak perempuan.

Tentu saya jawab dengan segera dan penuh antusias, “Iya Pak!”.

Meski dilakukan berulang kali, namun becandaan ini selalu sukses membuat kami tertawa lepas. Perjalanan menuju sekolah bersama bapak pun terasa lebih menyenangkan.

***
Sepenggal cerita yang mungkin terdengar biasa saja ini cukup membekas dalam ingatan saya. Bagaimanapun juga hal sederhana tersebut mengingatkan moment kedekatan masa kecil bersama bapak. Harap dimaklumi, sebagai anak tentara, kami sempat hidup terpisah dalam jangka waktu yang cukup lama. 

Sewaktu berumur empat bulan, saya sempat berpisah dengan bapak karena beliau harus bertugas di luar Pulau Jawa selama 24 bulan. Karena itulah sekembalinya bapak di asrama, kami berdua tidak langsung akrab. Butuh waktu bertahap untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain.

Saat mulai tinggal bersama di asrama, ibu membiasakan agar selalu bisa jalan-jalan pagi bersama bapak. Kadang sekedar beli serabi, makanan kesukaan saya sewaktu kecil dulu. Karena itulah moment “ngeng-ngeng” bersama bapak dengan motor Honda CB tadi menjadi penuh kesan di hati, pun menjadi jembatan jalinan kedekatan antara saya dengan bapak. Pada akhirnya, hingga pindah tugas ke Jogja, saya jadi lebih akrab dengan bapak. Sampai detik ini jalinan kedekatan anak perempuan dengan bapaknya pun terajut begitu baik. 

Kendaraan Pertama Keluarga
Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya tanggal 4 Juli 1997, barulah bapak berkesempatan memiliki kendaraan pertamanya. Kala itu Honda Astrea Grand warna hitam menjadi pilihan terbaik bapak. Selain faktor harga yang dapat dijangkau oleh penghasilan bapak, sepeda motor keluaran Astra dinekal awet dan irit bahan bakar. Terhitung sejak duduk di bangku kelas empat sekolah dasar inilah saya jadi lebih sering diantar jemput menggunakan motor saat sekolah. 

Pertama kalinya memiliki kendaraan keluarga menjadi hal yang begitu kami syukuri. Selain menjadi kendaraan keluarga, sepeda motor yang dibeli 20 tahun ini juga menjadi supporting system yang berperan penting bagi bapak dalam menjalankan perannya baik sebagai kepala keluarga maupun seorang abdi negara. 

Sumber https://www.astra.co.id/Public//Bagan%20Astra-New_UPDATE-NOV.jpg

Habis punya kendaraan sendiri, kemana-mana terasa lebih mudah. Jadi bisa lebih cepat saat berangkat sekolah, bisa nonton sekaten, pergi ke pantai hari atau sekedar jelajah kuliner bersama di sekitaran Jogja. Entah berapa juta penduduk Indonesia yang dimudahkan urusannya dengan berbagai produk dan layanan keluaran PT Astra International Tbk ini. Yang jelas Filosofi Catur Dharma yang dianut Astra dalam merawat dan menghargai inovasi Sumber Daya Manusia Astra (Insan Astra) sehingga dapat memberikan produk dan layanan terbaik bagi keluarga Indonesia menjadikan produk Astra menarik perhatian jutaan konsumennya. Hingga saat ini, sepeda motor keluaran dari Astra masih menjadi primadona di berbagai pelosok nusantara. Hal ini dibuktikan dengan dominasi penyerapan produk kendaraan besutan Astra yang mencapai lebih dari 5 juta pembeli di tahun ini.

Bisa jadi karena peran sepeda motor yang irit dan awet besutan Astra ini jugalah yang memudahkan berbagai tugas bapak hingga di akhir pengabdiannya beliau menerima Piagam Tanda Kehormatan Bintang Kartika Eka Pakri Nararya. Sebuah penghargaan yang diberikan Bapak Presiden Republik Indonesia atas pengabdiannya dalam dinas sebagai Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat selama paling sedikit 24 tahun terus menerus dan menunjukkan kesetiaan tanpa cacat.


“Itu tanda tangan basah lho Nduk, langsung dari tangan presiden kita”, ujar bapak beberapa waktu yang lalu.

Saya tersenyum melihat rona bahagia di mata bapak yang lagi-lagi menceritakan pengalamannya menjadi seorang tentara. Bak didongengi saat kecil dulu, saya pun kembali menikmati rajutan cerita bapak. Meski kerap kali diulang, saya tak pernah bosan mendengar cerita bapak. Hingga saat ini, Honda Grand Astrea milik bapak masih dimanfaatkan dalam berbagai kesempatan, seperti menjadi kendaraan yang mengantar bapak dan ibu menuju Alun-Alun Selatan untuk keperluan olahraga, jalan-jalan di berbagai pantai di Jogja, datang ke berbagai hajatan hingga berkumpul dalam berbagai organisasi seperti PEBABRI (Persatuan Purnawirawan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) ataupun saat kumpulan LVRI (Legiun Veteran Republik Indonesia). Maklum di usia bapak yang menginjak 61 tahun ini bapak masih terdaftar sebagai bendahara LVRI Cabang Bantul. Bisa dibayangkan kualitas produk besutan Astra bukan? Sepeda motor yang dibeli 20 tahun lalu pun masih bisa menawarkan berbagai manfaat untuk bapak.


***
Rona Bahagia Bersama Honda Fit S
Sepuluh tahun kemudian, saat jadwal kuliah saya sedang padat-padatnya, bapak dan ibu akhirnya sepakat untuk membelikan saya sepeda motor. Review yang baik menggunakan Honda Astrea Grand membuat kedua orang tua saya kembali menjatuhkan pilihan untuk membeli sepeda motor produk besutan Astra. Kali kedua ini kami memilih Honda Fit S warna silver. Memiliki sepeda motor sendiri sangat memudahkan mobilitas saya selama duduk di bangku perkuliahan. Kendaraan inilah yang menemani saya menyelesaikan puluhan jenis praktikum, mulai dari mata kuliah genetika, mikrobiologi makanan, penelitian mini skripsi yang dikenal luas dengan sebutan seminar hingga tugas akhir di Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan yang terletak di Cangkringan sana. Sepeda motor ini pula lah yang menjadi moda transportasi saya tatkala melakukan Kuliah Kerja Nyata di daerah Giricahyo, Gunungkidul, Yogyakarta.

Selain itu, Honda Fit S ini juga menemani saya tatkala berangkat wisuda hingga mengenal kekayaan wastra nusantara dimana salah satunya merupakan warisan budaya di daerah Gunungkidul yang dalam pengembangan maupun pelestariannya tak luput dari besutan tangan Astra bertajuk Batik Gedangsari. Sesuai dengan namanya, Batik Gedangsari merupakan jenis batik yang banyak dikembangkan di sekitar Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.

Dalam hal ini, pengembangan Batik Gedangsari masuk dalam program Corporate Sosial Responsibility (CSR) PT Astra International Tbk yang dilakukan melalui Yayasan Pendidikan Astra-Michael D. Ruslim (YPA-MDR). YPA-MDR sendiri merupakan salah satu yayasan di bawah naungan Group Astra yang dibentuk secara khusus untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan dalam bidang pendidikan. Berbagai program YPA-MDR dilaksanakan di berbagai daerah prasejahtera di Indonesia. Berdasarkan data yang ada dalam leaflet YPA-MDR, hingga Juli tahun lalu yayasan ini sudah membina delapan daerah prasejahtera yang tersebar di berbagai belahan nusantara mulai dari Lampung Selatan, Bantul, Gunungkidul, Bogor, Pacitan, Kutai Barat, Serang hingga NTT. Selain bertekad mencapai standar mutu pendidikan yang berkualitas, YPA-MDR  juga bercita-cita mengubah Sekolah Swapraja menjadi Sekolah Unggul.


Guna menyukseskan visi YPA-MDR dalam meningkatan kualitas pendidikan di daerah binaan, yayasan yang menjadi bagian dari Program CSR Group Astra ini melakukan kolaborasi 4 pilar pembinaan baik pada pihak guru maupun murid, mulai dari pembinaan akademispembinaan karakterpembinaan seni budaya  hingga pembinaan kecakapan hidup yang disesuaikan dengan potensi di masing-masing daerah binaan. Kalau dilihat secra seksama, Batik Gedangsari menawarkan corak warna yang lebih lembut karena pewarnaannya dilakukan menggunakan pewarna alami.

Selain lebih ramah lingkungan, batik dengan warna alam umumnya lebih mudah diterima di pasar global. Apalagi kini trend sustainable fashion atau yang kerap disebut dengan eco fashion mulai kembali digemari. Sadar akan pentingnya regenerasi pelaku kreatif di daerah binaan, YPA-MDR tidak hanya berfokus pada pengembangan teknik dan pewarnaan batik semata, namun yayasan ini sudah memikirkan untuk membangun regenerasi pelaku kreatif di Gedangsari dengan membangun Gedung Sekolah Program Keahlian Tata Busana Butik SMKN 2 Gedangsari. Selain diharapkan dapat meminimalisir proses urbanisasi kawula muda di sekitar Gedangsari, saya kira pembangunan sekolah diharapkan mampu mendongkrak penjualan produk fashion berbahan dasar Batik Gedangsari. Dengan demikian, Batik Gedangsari akan dihargai dengan nominal yang lebih tinggi.


Jalan-jalan dengan Honda Fit S juga membawa sama mengenal SMKN 1 Gedangsari. Ternyata juga memiliki ruang bengkel untuk jurusan Teknik Otomotif Sepeda Motor yang didukung oleh PT. Astra Honda Motor dan Astra Motor. Meski terletak di kawasan pedesaan, namun salah satu jurusan favorit SMKN 1 Gedangsari ini tersedia fasilitas bengkel yang mumpuni. Pantas saja murid jurusan ini tidak hanya datang dari sekitar Gedangsari saja. 


Perjalanan saya bersama Honda Fit S tidak berhenti sampai di sini. Selain menjadi kawan perjalanan saat wira-wiri KKN maupun praktikum di laboratorium, kendaraan ini juga menjadi kawan saat melakukan berbagai persiapan tatkala melakukan rangkaian tes kerja. Pertengahan tahun ini motor kesayangan ini juga mengantarkan saya ke Stasiun Tugu. Waktu itu saya berencana mengikuti seleksi kerja di Jakarta. Hasilnya tak sia-sia kanera berhasil membuat saya terbang sampai ke Tanah Banua di Banjarmasin sana. Tak disangka, di kota seribu sungai yang begitu elok akan keindahan lanskapnya ini mempertemukan saya dengan sosok pemuda inspiratif pendiri Yayasan Rumah Kreatif sekaligus penerima Satu Indonesia Award tahun 2016 di Bidang Kewirausahaan, Muhammad Aripin. Yayasan Rumah Kreatif sendiri merupakan yayasan yang didirikan Aripin yang bertujuan membina anak-anak jalanan agar dapat menjadi bagian dari pelaku kreatif di Banjarmasin. Selain membina anak jalanan, Aripin juga kerap terlibat dalam pelatihan kewirausahaan di berbagai tempat, bahkan di dalam lapas sekalipun.

Sumber Muhammad Aripin

“Teman-teman, sekarang kami sedang membina warga Lapas Banjarmasin membuat aneka olahan kerajinan khas daerah. Mungkin kapan-kapan bisa ditengok dan diberi masukan”, begitu sapanya di sebuah group Whats Up pada Kamis siang, 10 Juli 2017 lalu”.

Kami sempat bertemu dalam beberapa acara yang dihelat di Banjarmasin pada bulan Juli hingga November 2017. Menariknya berbagai produk kreatif yang dihasilkan Aripin dan kawan-kawannya dapat menembus pasar nasional, termasuk pada saat pameran dalam rangkaian Kongres Sungai ke-3 yang dihelat di Pelataran Kantor Gubernuran lama November lalu. Jika penasaran dengan karyanya, kawan-kawan dapat menengoknya di akun @rumahkreatifdanpintar74.

Saya tidak tahu persis ada berapa juta cerita kebahagiaan keluarga Indonesia yang terekam bersama produk Astra. Yang jelas, produk Astra menjadi saksi kebersamaan dan kebahagiaan keluarga kecil kami di Jogja sana. Semoga dengan Filosofi Catur Dharma-nya, Astra kian menebar manfaat bagi banyak keluarga Indonesia di berbagai belahan nusantara.

Terima kasih Astra,
Salam hangat dari Jogja,
-Retno-

Sumber Referensi:
  1. Astra Melalui YPA-MDR Bangun Gedung Sekolah Program Keahlian Tata Busana Butik, diakses dari https://www.satu-indonesia.com/home/artikel/detail/17/astra-melalui-ypa-mdr-bangun-gedung-sekolah-program-keahlian-tata-busana-butik
  2. Bagan Penjualan Motor Nasional Tahun 2016-2017 diakses melalui https://www.astra.co.id/Public//Bagan%20Astra-New_UPDATE-NOV.jpg
  3. Leatflet Yayasan Pendidikan Astra-Michael D. Ruslim
  4. Wawancara dengan Rudy Kristanto, salah satu pengurus YPA-MDR yang ditemui di Jogja Expo Center dalam Ajang Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2016 pada 15 Oktober 2016 lalu

1 komentar:

  1. Udah lamaaa banget gak liat Honda Astrea Grand ini! padahal dulu waktu smp sering pake :D jadi kangen masa-masa itu!

    BalasHapus

 

Cerita NOLNIL Template by Ipietoon Cute Blog Design

Blogger Templates