Selasa, 27 September 2016

Cara Cerdik Menghardik Penyakit Jantung

Kehilangan sosok sahabat di usia muda merupakan salah satu pukulan berat dalam fase kehidupan pribadi saya. Karena ia merupakan sosok yang ceria dan begitu energik, berita duka yang beredar sempat dianggap sebagai kabar burung belaka. Usai mendapatkan konfirmasi, barulah kami percaya kebenaran kabar duka tersebut. Usut-punya usut, ternyata sahabat saya tersebut memiliki riwayat penyakit kolesterol. Karena itulah dugaan terkuat penyebab tutup usianya saat itu tidak lain karena serangan jantung. Sebuah penyakit yang dulu begitu identik dengan orang yang mapan secara finansial atau mereka yang telah menginjak usia senja.

Ternyata beberapa tahun kemudian, saya kembali mendengar berita duka yang sama. Ada  kawan satu angkatan yang tutup usia saat masih muda. Dugaan kuat penyebab meninggalnya pun sama, serangan jantung. Belajar dari dua peristiwa tersebut, mau tak mau membuka sudut pandang baru. Bahwa gangguan kesehatan, utamanya penyakit tidak menular seperti penyakit jantung tak lagi mengenal usia. Muda maupun tua, kalau tidak pandai menjaga kesehatan dapat memiliki resiko yang sama besarnya. Lalu, adakah cara cerdik untuk menghardik penyakit menakutkan sekaligus mematikan ini? Ternyata jawabannya banyak saudara-saudara! Penasaran? Yuk tengok sama-sama!

Terkait dengan pencegahan penyakit tidak menular, ternyata bertahun-tahun yang lalu, Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan himbauan menarik bernama CERDIK. Cerdik merupakan singkatan-singkatan mudah yang dapat dilakukan masyarakat luas untuk meminimalisir timbulnya penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke, diabetes ataupun kanker. Meski tidak menular, namun kelompok penyakit ini ternyata menduduki peringkat pertama penyebab kematian global. Menurut data WHO, dua per tiga dari 57 juta kematian global yang terjadi tahun 2003 yang lalu disebabkan karena penyakit tidak menular ini. Parahnya lagi, fenomena ini diperkirakan akan terus meningkat, utamanya di negara menengah dan miskin. Duh, jadi ngeri-ngeri gimana gitu ya?

Dengan ngerinya perkiraan yang ada, alangkah lebih baiknya jika kita mulai membiasakan diri berperilaku cerdik seperti cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet sehat dengan kalori seimbang, istirahat yang cukup serta kelola stres dengan baik. Susah memulai? Coba pertimbangkan beberapa hal berikut ini!

Cek Kesehatan Secara Berkala
“Kenapa nggak periksa aja sih?”.
“TAKUT!”.
Bagi saya pribadi, alasan takut tak ubahnya dengan fenomena “kalah sebelum bertanding”. Pasalnya meski dalam keadaan sehat, apalagi sakit, menunda-nunda cek kesehatan hanya akan menambah pikiran saja. Selebihnya, keluhan sakit yang ada justru tidak dapat dikontrol dengan baik. Padahal berbagai terobosan teknologi kini mampu mendeteksi bahkan menanggulangi berbagai keluhan kesehatan. Diluar takdir, rasa-rasanya manusia wajib mengusahakan yang terbaik bukan? Tidak terkecuali dalam memelihara kesehatan. Noted!
Dalam kondisi sehat cek kesehatan rutin dapat dilakukan sekali setahun. Lain halnya jika terdapat keluhan sakit, sebisa mungkin sebaiknya segera diperiksakan pada tenaga medis yang dipercaya. Beberapa parameter kesehatan yang umum dicek antara lain tekanan darah, kadar gula darah, lingkar perut dan kolesterol. Berdasarkan informasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia, tekanan darah normal berada di bawah 140/90 mmHg, kadar gula darah normal kurang dari 100, batas aman lingkar perut pada pria dan wanita adalah 90 dan 80 cm, sedangkan kadar normal kolesterol total kurang dari 200. Bagaimana dengan Anda?

Enyahkan Asap Rokok
Baik di rumah maupun di tempat kerja, saya dikenal orang yang paling bawel saat bersentuhan dengan asap rokok. Selain merupakan wujud perhatian sekaligus peringatan, pada dasarnya saya termasuk orang yang kurang nyaman akan keberadaan asap rokok. Tapi kalau sudah tidak bisa dinasehati, demi kesehatan pribadi, saya memilih untuk pergi.

Rajin Aktivitas Fisik


Sejatinya setiap profesi, baik karyawan maupun pemilik perusahaan akan sama sibuknya. Sejatinya masalahnya hanya pada pembagian waktunya saja. Toh sejatinya olahraga bisa dilakukan dimana saja, bahkan di tempat kerja sekalipun. Naik tangga dan streching misalnya. Meski tergolong aktivitas fisik yang ringan, namun dua hal tersebut dapat membuat tubuh senantiasa aktif selama menjalani jam kerja sehari-hari. Selebihnya, di luar jam kerja Anda bebas memilih berbagai olahraga lain yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan fisik Anda. 

Diet Sehat dengan Kalori Seimbang

Sejatinya menjaga pola makan itu tidak hanya dilakukan saat recovery usai sakit atau persiapan pernikahan saja. Namun lebih dari itu, pola makan yang seimbang dapat meminimalisir berbagai gangguan kesehatan, utamanya yang berhubungan dengan pola makan harian seperti sembelit, diabetes, kanker, stroke ataupun penyakit jantung. Oiya, selain kalori  seimbang, jangan lupa makan serat ya!

Istirahat yang Cukup
Ibarat pada baterai smartphone, agar performa tetap maksimal, tubuh juga perlu “dicharge”. Uniknya recharge moment tubuh manusia dapat dilakukan dengan begitu mudah, apalagi kalau bukan istirahat yang cukup. Dibalik istirahatnya aktivitas fisik tubuh saat tidur, moment istirahat ini akan dipergunakan tubuh sebagai ajang persiapan agar kembali bugar. Karena itulah selain kuantitas, kualitas tidur juga perlu diperhatikan dengan seksama.

Kelola Stres


Terakhir, jangan lupa bahagia! Meski terkesan begitu klise dan sepele, perasaan bahagia merupakan wujud nyata keberhasilan kita dapat mengelola stres. Lain halnya saat kita berada dalam kondisi panik, detak jantung pun bisa bertambah cepat bukan? Selain itu perasaan bahagia akan menghindarkan kita dari gangguan kesehatan yang terjadi akibat ketidakseimbangan hormon. See?


Artikel ini diikutkan dalam Lomba Blog Gaya Hidup Sehat untuk Jantung Sehat yang diselenggarakan oleh Yayasan Jantung Indonesia dan Indonesiana.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Cerita NOLNIL Template by Ipietoon Cute Blog Design

Blogger Templates