Honda Astrea Grand yang diproduksi
pada tahun 1997 ini merupakan sepeda motor pertama di keluarga kami. Disadari
atau tidak, kendaraan roda dua berwarna hitam dengan corak kombinasi berwarna
pink, ungu dan merah tua pada body bagian
samping ini merupakan perantara ribuan moment bahagia keluarga kecil saya di
Jogja sana.
Jelajah Bahagia Bersama Astra Dimulai Dari Sini…
Jalinan kebersamaan keluarga saya
bersama Astra dimulai sekitar seperempat abad yang lalu, tepatnya saat bapak mendapat
kendaraan dinas berupa sepeda motor Honda CB di tahun 1992. Setelah
bertahun-tahun bersepeda menuju tempat kerja, mendapat kendaraan dinas pribadi tentu
memberi kemudahan tersendiri bagi bapak. Motor bertangki depan yang keseluruhan
body-nya dicat hijau army itu jadi “kawan” kerja bapak selama
lima tahun berturut-turut. Tiga tahun pertama pada saat bapak dinas di Koramil
Sewon, dua tahun selanjutnya saat bapak pindah tugas ke Koramil Kasihan. Secara
administrasi, kedua lokasi kerja bapak tersebut berada di wilayah Kabupaten
Bantul, Yogyakarta.
Sebagai kendaraan dinas, bapak
menggunakannya untuk berbagai keperluan pekerjaan mulai dari apel pagi, jadi
komandan upacara hingga bolak-balik ke tempat kerja, baik itu ke koramil, kodim
atau berbagai tempat lain yang sesuai dengan agenda kerja bapak. Entah
kebetulan yang disengaja atau tidak, tempat kerja bapak di Kasihan itu berada
tepat di depan sekolah dasar tempat saya belajar. Jadi meski paling sering
diantar jemput ke sekolah oleh ibu dengan bersepeda, namun sewaktu bapak ngantor
paginya ke koramil, sesekali saya berangkat sekolah bareng bapak. Istilah
kerennya ke sekolah nebeng bapak.
“Pegangan ya Nduk”, begitu kalimat
yang selalu diucapkan bapak sebelum berkendara.
“Iya Pak”, jawab saya dengan mantap.
Lucunya, meski berkendaranya pelan saja, berulang kali sudah bapak menanyakan pertanyaan yang satu ini.
“Sudah siap ngeng-ngeng to nduk?”,ujarnya sembari memalingkan kepala ke belakang.
Dalam Bahasa Jawa, istilah “ngeng-ngeng” kerap diidentikkan dengan naik motor bak pembalap, sedangkan nduk merupakan panggilan kesayangan yang kerap dilontarkan saat menyebut anak perempuan.
Tentu saya jawab dengan segera dan penuh antusias, “Iya Pak!”.
Meski dilakukan berulang kali, namun becandaan ini selalu sukses membuat kami tertawa lepas. Perjalanan menuju sekolah bersama bapak pun terasa lebih menyenangkan.
***
Sepenggal cerita yang mungkin terdengar
biasa saja ini cukup membekas dalam ingatan saya. Bagaimanapun juga hal
sederhana tersebut mengingatkan moment kedekatan
masa kecil bersama bapak. Harap dimaklumi, sebagai anak tentara, kami sempat
hidup terpisah dalam jangka waktu yang cukup lama.
Sewaktu berumur empat bulan, saya sempat berpisah dengan bapak karena beliau harus bertugas di luar Pulau Jawa selama 24 bulan. Karena itulah sekembalinya bapak di asrama, kami berdua tidak langsung akrab. Butuh waktu bertahap untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain.
Saat mulai tinggal bersama di asrama, ibu membiasakan agar selalu bisa jalan-jalan pagi bersama bapak. Kadang sekedar beli serabi, makanan kesukaan saya sewaktu kecil dulu. Karena itulah moment “ngeng-ngeng” bersama bapak dengan motor Honda CB tadi menjadi penuh kesan di hati, pun menjadi jembatan jalinan kedekatan antara saya dengan bapak. Pada akhirnya, hingga pindah tugas ke Jogja, saya jadi lebih akrab dengan bapak. Sampai detik ini jalinan kedekatan anak perempuan dengan bapaknya pun terajut begitu baik.
Kendaraan Pertama Keluarga
Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya
tanggal 4 Juli 1997, barulah bapak berkesempatan memiliki kendaraan pertamanya.
Kala itu Honda Astrea Grand warna hitam menjadi pilihan terbaik bapak. Selain
faktor harga yang dapat dijangkau oleh penghasilan bapak, sepeda motor keluaran
Astra dinekal awet dan irit bahan bakar. Terhitung sejak duduk di bangku kelas
empat sekolah dasar inilah saya jadi lebih sering diantar jemput menggunakan
motor saat sekolah.
Pertama kalinya memiliki kendaraan keluarga menjadi hal yang begitu kami syukuri. Selain menjadi kendaraan keluarga, sepeda motor yang dibeli 20 tahun ini juga menjadi supporting system yang berperan penting bagi bapak dalam menjalankan perannya baik sebagai kepala keluarga maupun seorang abdi negara.
Sumber https://www.astra.co.id/Public//Bagan%20Astra-New_UPDATE-NOV.jpg |
Habis punya kendaraan sendiri,
kemana-mana terasa lebih mudah. Jadi bisa lebih cepat saat berangkat sekolah,
bisa nonton sekaten, pergi ke pantai hari atau sekedar jelajah kuliner bersama
di sekitaran Jogja. Entah berapa juta penduduk Indonesia yang dimudahkan
urusannya dengan berbagai produk dan layanan keluaran PT Astra International
Tbk ini. Yang jelas Filosofi Catur
Dharma yang dianut Astra dalam merawat dan menghargai inovasi Sumber Daya
Manusia Astra (Insan Astra) sehingga dapat memberikan produk dan layanan
terbaik bagi keluarga Indonesia menjadikan produk Astra menarik perhatian
jutaan konsumennya. Hingga saat ini, sepeda motor keluaran dari Astra masih
menjadi primadona di berbagai pelosok nusantara. Hal ini dibuktikan dengan
dominasi penyerapan produk kendaraan besutan Astra yang mencapai lebih dari 5
juta pembeli di tahun ini.
Bisa jadi karena peran sepeda motor yang irit dan awet besutan Astra ini jugalah yang memudahkan berbagai tugas bapak hingga di akhir pengabdiannya beliau menerima Piagam Tanda Kehormatan Bintang Kartika Eka Pakri Nararya. Sebuah penghargaan yang diberikan Bapak Presiden Republik Indonesia atas pengabdiannya dalam dinas sebagai Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat selama paling sedikit 24 tahun terus menerus dan menunjukkan kesetiaan tanpa cacat.
“Itu tanda tangan basah lho Nduk, langsung dari tangan presiden
kita”, ujar bapak beberapa waktu yang lalu.
Saya tersenyum melihat rona bahagia di mata bapak yang lagi-lagi menceritakan pengalamannya menjadi seorang tentara. Bak didongengi saat kecil dulu, saya pun kembali menikmati rajutan cerita bapak. Meski kerap kali diulang, saya tak pernah bosan mendengar cerita bapak. Hingga saat ini, Honda Grand Astrea milik bapak masih dimanfaatkan dalam berbagai kesempatan, seperti menjadi kendaraan yang mengantar bapak dan ibu menuju Alun-Alun Selatan untuk keperluan olahraga, jalan-jalan di berbagai pantai di Jogja, datang ke berbagai hajatan hingga berkumpul dalam berbagai organisasi seperti PEBABRI (Persatuan Purnawirawan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) ataupun saat kumpulan LVRI (Legiun Veteran Republik Indonesia). Maklum di usia bapak yang menginjak 61 tahun ini bapak masih terdaftar sebagai bendahara LVRI Cabang Bantul. Bisa dibayangkan kualitas produk besutan Astra bukan? Sepeda motor yang dibeli 20 tahun lalu pun masih bisa menawarkan berbagai manfaat untuk bapak.
***
Rona Bahagia Bersama Honda Fit S
Sepuluh tahun kemudian, saat jadwal kuliah
saya sedang padat-padatnya, bapak dan ibu akhirnya sepakat untuk membelikan
saya sepeda motor. Review yang baik menggunakan Honda Astrea Grand membuat kedua
orang tua saya kembali menjatuhkan pilihan untuk membeli sepeda motor produk besutan
Astra. Kali kedua ini kami memilih Honda Fit S warna silver. Memiliki sepeda
motor sendiri sangat memudahkan mobilitas saya selama duduk di bangku
perkuliahan. Kendaraan inilah yang menemani saya menyelesaikan puluhan jenis
praktikum, mulai dari mata kuliah genetika, mikrobiologi makanan, penelitian
mini skripsi yang dikenal luas dengan sebutan seminar hingga tugas akhir di
Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan yang terletak di
Cangkringan sana. Sepeda motor ini pula lah yang menjadi moda transportasi saya
tatkala melakukan Kuliah Kerja Nyata di daerah Giricahyo, Gunungkidul,
Yogyakarta.
Selain itu, Honda Fit S ini juga menemani saya tatkala berangkat wisuda hingga mengenal kekayaan wastra nusantara dimana salah satunya merupakan warisan budaya di daerah Gunungkidul yang dalam pengembangan maupun pelestariannya tak luput dari besutan tangan Astra bertajuk Batik Gedangsari. Sesuai dengan namanya, Batik Gedangsari merupakan jenis batik yang banyak dikembangkan di sekitar Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Dalam hal ini, pengembangan Batik Gedangsari masuk dalam program Corporate Sosial Responsibility (CSR) PT Astra International Tbk yang dilakukan melalui Yayasan Pendidikan Astra-Michael D. Ruslim (YPA-MDR). YPA-MDR sendiri merupakan salah satu yayasan di bawah naungan Group Astra yang dibentuk secara khusus untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan dalam bidang pendidikan. Berbagai program YPA-MDR dilaksanakan di berbagai daerah prasejahtera di Indonesia. Berdasarkan data yang ada dalam leaflet YPA-MDR, hingga Juli tahun lalu yayasan ini sudah membina delapan daerah prasejahtera yang tersebar di berbagai belahan nusantara mulai dari Lampung Selatan, Bantul, Gunungkidul, Bogor, Pacitan, Kutai Barat, Serang hingga NTT. Selain bertekad mencapai standar mutu pendidikan yang berkualitas, YPA-MDR juga bercita-cita mengubah Sekolah Swapraja menjadi Sekolah Unggul.
Guna menyukseskan visi YPA-MDR dalam meningkatan kualitas pendidikan di daerah binaan, yayasan
yang menjadi bagian dari Program CSR Group Astra ini melakukan kolaborasi 4 pilar pembinaan baik pada pihak
guru maupun murid, mulai dari pembinaan
akademis, pembinaan
karakter, pembinaan seni
budaya hingga pembinaan
kecakapan hidup yang disesuaikan dengan potensi di masing-masing
daerah binaan. Kalau dilihat secra seksama, Batik Gedangsari menawarkan corak
warna yang lebih lembut karena pewarnaannya dilakukan menggunakan pewarna
alami.
Selain lebih ramah lingkungan, batik
dengan warna alam umumnya lebih mudah diterima di pasar global. Apalagi kini
trend sustainable fashion atau yang kerap disebut dengan eco fashion mulai kembali
digemari. Sadar akan pentingnya regenerasi pelaku kreatif di daerah binaan, YPA-MDR
tidak hanya berfokus pada pengembangan teknik dan pewarnaan batik semata, namun
yayasan ini sudah memikirkan untuk membangun regenerasi
pelaku kreatif di Gedangsari dengan membangun Gedung Sekolah Program Keahlian
Tata Busana Butik SMKN 2 Gedangsari. Selain diharapkan dapat meminimalisir proses
urbanisasi kawula muda di sekitar Gedangsari, saya kira pembangunan sekolah diharapkan
mampu mendongkrak penjualan produk fashion berbahan dasar Batik Gedangsari.
Dengan demikian, Batik Gedangsari akan dihargai dengan nominal yang lebih
tinggi.
Jalan-jalan dengan Honda Fit S
juga membawa sama mengenal SMKN 1 Gedangsari. Ternyata juga memiliki ruang
bengkel untuk jurusan Teknik Otomotif Sepeda Motor yang didukung oleh PT. Astra
Honda Motor dan Astra Motor. Meski terletak di kawasan pedesaan, namun salah
satu jurusan favorit SMKN 1 Gedangsari ini tersedia fasilitas bengkel yang
mumpuni. Pantas saja murid jurusan ini tidak hanya datang dari sekitar
Gedangsari saja.
Perjalanan saya bersama Honda Fit S tidak berhenti sampai di sini. Selain menjadi kawan perjalanan saat wira-wiri KKN maupun praktikum di laboratorium, kendaraan ini juga menjadi kawan saat melakukan berbagai persiapan tatkala melakukan rangkaian tes kerja. Pertengahan tahun ini motor kesayangan ini juga mengantarkan saya ke Stasiun Tugu. Waktu itu saya berencana mengikuti seleksi kerja di Jakarta. Hasilnya tak sia-sia kanera berhasil membuat saya terbang sampai ke Tanah Banua di Banjarmasin sana. Tak disangka, di kota seribu sungai yang begitu elok akan keindahan lanskapnya ini mempertemukan saya dengan sosok pemuda inspiratif pendiri Yayasan Rumah Kreatif sekaligus penerima Satu Indonesia Award tahun 2016 di Bidang Kewirausahaan, Muhammad Aripin. Yayasan Rumah Kreatif sendiri merupakan yayasan yang didirikan Aripin yang bertujuan membina anak-anak jalanan agar dapat menjadi bagian dari pelaku kreatif di Banjarmasin. Selain membina anak jalanan, Aripin juga kerap terlibat dalam pelatihan kewirausahaan di berbagai tempat, bahkan di dalam lapas sekalipun.
Sumber Muhammad Aripin |
“Teman-teman, sekarang kami sedang membina warga Lapas Banjarmasin membuat aneka olahan kerajinan khas daerah. Mungkin kapan-kapan bisa ditengok dan diberi masukan”, begitu sapanya di sebuah group Whats Up pada Kamis siang, 10 Juli 2017 lalu”.
Kami sempat bertemu dalam beberapa acara yang dihelat di Banjarmasin pada bulan Juli hingga November 2017. Menariknya berbagai produk kreatif yang dihasilkan Aripin dan kawan-kawannya dapat menembus pasar nasional, termasuk pada saat pameran dalam rangkaian Kongres Sungai ke-3 yang dihelat di Pelataran Kantor Gubernuran lama November lalu. Jika penasaran dengan karyanya, kawan-kawan dapat menengoknya di akun @rumahkreatifdanpintar74.
Saya tidak tahu persis ada berapa juta cerita kebahagiaan keluarga Indonesia yang terekam bersama produk Astra. Yang jelas, produk Astra menjadi saksi kebersamaan dan kebahagiaan keluarga kecil kami di Jogja sana. Semoga dengan Filosofi Catur Dharma-nya, Astra kian menebar manfaat bagi banyak keluarga Indonesia di berbagai belahan nusantara.
Terima kasih Astra,
Salam hangat dari Jogja,
-Retno-
Sumber Referensi:
- Astra Melalui YPA-MDR Bangun Gedung Sekolah Program Keahlian Tata Busana Butik, diakses dari https://www.satu-indonesia.com/home/artikel/detail/17/astra-melalui-ypa-mdr-bangun-gedung-sekolah-program-keahlian-tata-busana-butik
- Bagan Penjualan Motor Nasional Tahun 2016-2017 diakses melalui https://www.astra.co.id/Public//Bagan%20Astra-New_UPDATE-NOV.jpg
- Leatflet Yayasan Pendidikan Astra-Michael D. Ruslim
- Wawancara dengan Rudy Kristanto, salah satu pengurus YPA-MDR yang ditemui di Jogja Expo Center dalam Ajang Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2016 pada 15 Oktober 2016 lalu
Udah lamaaa banget gak liat Honda Astrea Grand ini! padahal dulu waktu smp sering pake :D jadi kangen masa-masa itu!
BalasHapus