Bertemu Adik-Adik di SDN 10 Basirih Saat Akan Berangkat Menuju ke Sekolah (dokumentasi pribadi) |
Selamat pagi dari Tanah Banua, sebuah kawasan indah nan
mempesona yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia dengan sebutan
Banjarmasin ^^
Tahun 2017 lalu, saya berkesempatan live in selama dua bulan di Banjarmasin, sebuah kota yang dilintasi
102 dua sungai. Banyaknya perlintasan sungai di Banjarmasin membuat sebuah
peradaban sungai yang begitu elok nan mempesona. Tak ayal banyak wisatawan yang
tertarik untuk menikmati indahnya pesona peradaban
sungai, memperdalam pengetahuan sosial ataupun ilmu ekologi bahkan ada pula yang memilih menghabiskan sisa waktunya di kota cantik ini.
“Saking indahnya Tanah Banua kita ini Mbak Retno,
sampai-sampai ada warga asing yang memilih untuk menghabiskan waktunya di
Banjarmasin”, begitu kata Bapak Mukani, guide
yang menemani tim kami pagi itu.
Pagi ini kami akan menuju ke Pasar Terapung Lok Baintan yang
berada di Kabupaten Banjar. Meski terletak di Kabupaten Banjar, pasar terapung
yang sudah beroperasi selama ratusan tahun ini masih menjadi destinasi wisata
pilihan wisatawan yang singgah di Banjarmasin. Kali ini kami memulai perjalanan
menuju Pasar Terapung Lok Baintan melalui dermaga baru yang terletak di Siring
Tendean. Setelah semua peserta trip datang, kami berbegas naik klotok, sebutan
untuk perahu mesin yang ada di Pulau Kalimantan.
Rumah Panggung di Sepanjang Sungai (dokumentasi pribadi) |
“Sebagai kota sungai, Banjarmasin tidak memiliki alun-alun
layaknya kebanyakan kota di Pulau Jawa. Karena peradaban kami itu dulunya
terpusat di sungai, hingga kini sungai menjadi bagian dari urat nadi kehidupan
kami”, begitu terang Pak Jimmie, wakil Dinas Pariwisata Kota Banjarmasin yang
sempat saya temui di
Menara Pandang beberapa waktu yang lalu.
Menara Pandang sendiri merupakan salah satu landmark di Kota Banjarmasin. Kalau di kota gudeg, Menara Pandang ini ibarat Malioboronya Jogja, tempat berkumpulnya kawula muda dari berbagai sudut kota. Bangunan berlantai empat ini merupakan tempat terbaik menikmati pesona Sungai Martapura dari tengah hiruk pikuknya Tanah Banua, sebutan lain untuk Kota Banjarmasin. Tak jauh dari sini teman-teman dapat menikmati Taman Siring sekaligus berfoto di Patung Bekantan Raksasa yang juga menjadi ikon kota seribu sungai ini.
Di sepanjang sungai menuju Lok Baintan, kawan-kawan akan menemukan berbagai destinasi wisata yang tak kalah mengagumkan di Banjarmasin. Salah satu diantaranya adalah Kompleks Dermaga Sungai Kuin Lama. Di dermaga bernuansa hijau ini teman-teman akan dimanjakan dengan eloknya ragam hias peninggalan peradaban sungai yang menjadi kekayaan sekaligus ciri khas dari kebudayaan di Tanah Banua. Lekuk-lekuk pahatan kayu di berbagai sudut dermaga, lengkap dengan lalu lalang perahu klotok milik warga membuat pesona Tanah Banjar terlihat begitu menawan. Coba sesekali teman-teman berkunjung ke sini lalu menikmati indahnya Sungai Kuin dari atas Menara Pandang di dermaga bersejarah ini. Selain begitu memesona indera, besar kemungkinan kawan-kawan akan begitu bersyukur dapat menikmati pesona Indonesia yang begitu luar biasa.
Dermaga Sungai Kuin Lama (dokumentasi pribadi) |
Selain itu, perjalanan menuju Lok Baintan juga dipenuhi
dengan indahnya ratusan rumah panggung yang berjajar cukup rapi di tepian
sungai. Sebagai kota sungai, Banjarmasin menawarkan kontruksi rumah panggung
yang begitu menarik. Kalau di ibukota sana kontruksi rumah dibuat dari besi, di
sini rumah panggung dibuat dari kayu. Tak jarang beberapa warga menghias
rumahnya dengan cat beraneka rupa. Ada pula yang sengaja membuat taman indah di
sekitar rumah. Rasanya mulut ini tak berhenti menganga melihat peradaban sungai
yang masih begitu asri di sekitar kawasan ini.
Setelah satu jam perjalanan, sampailah kami di Pasar Terapung Lok Baintan, sebuah pasar tradisional yang begitu fenomenal di Indonesia bahkan dunia. Dua kali ke sini, selain bertemu wisatawan lokal saya juga bertemu beberapa wisatawan asing yang sengaja menyewa klotok secara ekslusif untuk mengunjungi pasar terapung eksotis ini. Data yang saya peroleh saat berbincang dengan Bapak Yusuf, perwakilan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) pun menyatakan hal senada. “Saya masih sering mendapat klien dari Malaysia, Jepang, Jerman hingga Belanda sana yang khusus datang ke Banjarmasin untuk menikmati prosesi jual beli yang masih begitu tradisional di pasar terapung ini, Mbak”, jelas Pak Yusuf di suatu siang.
Setelah satu jam perjalanan, sampailah kami di Pasar Terapung Lok Baintan, sebuah pasar tradisional yang begitu fenomenal di Indonesia bahkan dunia. Dua kali ke sini, selain bertemu wisatawan lokal saya juga bertemu beberapa wisatawan asing yang sengaja menyewa klotok secara ekslusif untuk mengunjungi pasar terapung eksotis ini. Data yang saya peroleh saat berbincang dengan Bapak Yusuf, perwakilan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) pun menyatakan hal senada. “Saya masih sering mendapat klien dari Malaysia, Jepang, Jerman hingga Belanda sana yang khusus datang ke Banjarmasin untuk menikmati prosesi jual beli yang masih begitu tradisional di pasar terapung ini, Mbak”, jelas Pak Yusuf di suatu siang.
Hingga saat ini Pasar Terapung Lok Baintan masih menjadi
primadona bagi banyak wisatawan, tidak terkecuali bagi wisatawan asing dari
berbagai negara di Kawasan Asia hingga Eropa sana. Jadi tidak ada salahnya jika
kawan-kawan menyempatkan untuk mampir ke Pasar Terapung Lok Baintan saat
berkesempatan berlibur di Banjarmasin.
Sesampainya di Lok Baintan, saya sempat berbincang dengan
beberapa acil yang berjualan di atas klotok. Acil sendiri merupakan sebutan
untuk bibi. Uniknya di pasar terapung ini semua penjualnya perempuan. Mungkin
karena hal inilah kini istilah acil kerap diartikan sebagai bibi pedagang di
pasar terapung yang biasa berjualan di atas jukung. Seperti pasar terapung pada
umumnya, di sini kawan-kawan dapat menemukan aneka jajanan, menu sarapan hingga
ragam buah-buahan yang konon sebagian besarnya merupakan hasil berkebun
keluarga acil.
Kalau belum sarapan, kawan-kawan dapat mencicipi aneka wadai
khas Banjar sebagai menu pembuka. Selanjutnya kawan-kawan dapat melanjutkan petualangan kuliner lainnya seperti soto banjar. Belum lengkap rasanya ke Banjarmasin kalau belum
mencicipi kuliner khas yang satu ini. Soto Banjar sendiri merupakan soto kuah kaldu khas Banjar yang ditaburi potongan ayam
dan telur bebek rebus. Pulangnya, kawan-kawan dapat membeli aneka buah-buahan
segar seperti pisang, jambu, jeruk, kasturi hingga buah kuini. Kalau favorit
aku sih buah kasturi, si buah mini berbentuk seperti manga yang rasanya
asem-asem nyegerin gitu.
Sepulangnya dari Pasar Terapung Lok Baintan saya menyempatkan diri untuk melihat koleksi di Museum Waja Sampai Kaputing atau yang kerap disebut dengan Museum Wasaka. Museum berbentuk rumah panggung yang terletak di Jalan Kampung Kenanga Ulu RT 14 Banjarmasin ini terbilang sangat unik. Tanya kenapa? Karena selain menyimpan ratusan peninggalan bersejarah rakyat Kalimantan Selatan saat berperang melawan penjajah Belanda, bangunan museum berbentuk rumah panggung ini menghadap ke arah sungai. Jadi selain dapat ditempuh melalui jalan darat, kawan-kawan bisa masuk ke museum bersejarah ini melalui jalur air seperti yang saya lakukan tempo hari.
Usai dari Museum Wasaka mampir untuk mencicipi Soto Banjar yang dijual di Kedai Soto Yana Yani. Sebenarnya ada berbagai kedai soto yang terdapat di Banjarmasin seperti Soto Bang Amat, Soto Rina ataupun Soto Yana Yani yang berada di Kampung Sungai Jingah ini. Kalau di Banjar, soto itu akan disajikan bersama dengan potongan lontong. Kalau kawan-kawan pesannya memilih pakai nasi disebutnya bukan soto melainkan nasi sop. Jadi jangan sampai salah pesan ya! Oiya, Soto Banjar itu paling enak disantap bersama dengan sate ayam bumbu kacang. Paduan kedua kuliner ini menghasilkan citarasa yang oke punya.
Sepulangnya dari Pasar Terapung Lok Baintan saya menyempatkan diri untuk melihat koleksi di Museum Waja Sampai Kaputing atau yang kerap disebut dengan Museum Wasaka. Museum berbentuk rumah panggung yang terletak di Jalan Kampung Kenanga Ulu RT 14 Banjarmasin ini terbilang sangat unik. Tanya kenapa? Karena selain menyimpan ratusan peninggalan bersejarah rakyat Kalimantan Selatan saat berperang melawan penjajah Belanda, bangunan museum berbentuk rumah panggung ini menghadap ke arah sungai. Jadi selain dapat ditempuh melalui jalan darat, kawan-kawan bisa masuk ke museum bersejarah ini melalui jalur air seperti yang saya lakukan tempo hari.
Usai dari Museum Wasaka mampir untuk mencicipi Soto Banjar yang dijual di Kedai Soto Yana Yani. Sebenarnya ada berbagai kedai soto yang terdapat di Banjarmasin seperti Soto Bang Amat, Soto Rina ataupun Soto Yana Yani yang berada di Kampung Sungai Jingah ini. Kalau di Banjar, soto itu akan disajikan bersama dengan potongan lontong. Kalau kawan-kawan pesannya memilih pakai nasi disebutnya bukan soto melainkan nasi sop. Jadi jangan sampai salah pesan ya! Oiya, Soto Banjar itu paling enak disantap bersama dengan sate ayam bumbu kacang. Paduan kedua kuliner ini menghasilkan citarasa yang oke punya.
Sembari menunggu pesanan soto siap, saya nyemil wadai yang
tersedia di meja makan. Dalam Bahasa Banjar wadai merupakan istilah untuk menyebut kue. Wadai Banjar umumnya berupa kue basah yang dinikmati dengan atau tanpa kuah. Kalau wadai seperti yang ada di dalam foto itu disantap tanpa kuah. Selain masih hangat, wadai bertabur kelapa yang
bentuknya mirip kue lumpur di Kedai Yana Yani ini enak banget lho, manis tapi enggak eneg!
Di lain hari saya dan kawan-kawan juga menyempatkan diri
untuk mengelilingi beberapa rute wisata susur sungai yang tidak begitu terkenal
di Banjarmasin. Salah satunya adalah menelusuri kawasan Basirih. Tidak
disangka-sangka, pagi itu kami bertemu dengan adik-adik yang akan berangkat
menuju ke sekolah.
Bertemu Adik-Adik di SDN 10 Basirih Saat Akan Berangkat Menuju ke Sekolah (dokumentasi pribadi) |
Landskap kota yang dikelilingi oleh ratusan sungai membuat perabadan
sungai di Banjarmasin terasa begitu kental. Salah satunya dapat dilihat dari
alat transportasi yang digunakan oleh penduduk, yakni jukung ataupun klotok.
Jukung merupakan perahu kecil yang dioperasikan dengan cara didayung, sedangkan
klotok merupakan perahu berukuran agak besar yang dioperasikan dengan cara
didayung atau dapat juga diberi tambahan tenaga berupa mesin. Untuk menuju SDN
10 Basirih ini ada yang diantar menggunakan klotok, ada pula yang berangkat
sendiri menggunakan jukung. Murid-murid yang berangkat menggunakan jukung
adalah murid-murid yang dinilai sudah mahir dalam mengoperasikan jukung.
Biasanya satu jukung berisi satu atau tiga murid. Jika jukung diisi oleh tiga
penumpang, maka mereka bertiga akan melakukan kerjasama yang begitu baik dalam
mengoperasikan jukung. Dua penumpang yang duduk di kursi paling depan dan
paling belakang bertugas mendayung jukung, sedangkan penumpang yang berada di
tengah bertugas membuang air yang ada masuk ke dalam jukung. Yang jelas, mau berangkat
menggunakan jukung maupun klotok, yang datang duluan mau tak mau mereka harus
menunggu sampai semua penumpang datang. Begitu pula dengan mulainya pelajaran di kelas. Bapak ibu guru yang mengajar di SDN Basirih 10 baru akan memulai pelajaran saat semua murid sudah datang. Jadi selain bekerja sama perihal
kekompakan saat mendayung, mereka juga sudah belajar bertenggang rasa sedari
kecil. Sungguh, mereka merupakan bagian dari generasi Indonesia yang begitu
hebat.
Kalau ada yang datang duluan, anak-anak Basirih memanfaatkan
waktu menunggu untuk belajar, baik sekedar membaca buku ataupun mengulang
materi pelajaran bersama bapak atau ibu guru yang sudah datang di terminal
klotok. Jangan bayangkan terminal ini dengan dermaga yang luas ya, soalnya
terminal klotok yang saya maksud tidak lain adalah dermaga pribadi milik warga. Melihat dan berbincang sejenak dengan mereka memantik kekaguman yang begitu
luar biasa, baik atas semangat adik-adik di SDN 10 Basirih dalam menuntut ilmu,
pun dengan semangat bapak ibu guru dalam membagi ilmu di sekolah ini.
Melihat semangat adik-adik saat berangkat menuju sekolah menjadi
penyemangat saya untuk tidak malas dalam menuntut ilmu. Karena bertemu
adik-adik di Basirih lah saya memulai kembali program “one month one book” yang sudah lama saya tinggalkan. Jadi rencananya
per Januari ini, saya akan kembali mereview satu buku bacaan. Semoga dengan
gerakan kecil ini dapat menjadi menularkan semangat baca bagi kawan-kawan semua.
Sedikit ulasan dari Tanah Banjar ini semoga dapat menjadi rekomendasi kawan-kawan saat ingin berlibur di Banjarmasin ya^^
Sedikit ulasan dari Tanah Banjar ini semoga dapat menjadi rekomendasi kawan-kawan saat ingin berlibur di Banjarmasin ya^^
Salam hangat dari
Jogja,
-Retno-
0 komentar:
Posting Komentar