Takbiran Keliling di Jogja, 2015 (dokumentasi pribadi) |
Berlebaran di kampung halaman (dalam hal ini adalah
Jogja) tentu menjadi salah satu
rangkaian acara yang ditunggu-tunggu banyak orang yang bekerja di luar kota. Sungkem
dengan orang tua, menikmati makanan khas yang dimasak ibunda, hingga beragam
acara silaturahmi dengan saudara layak menjadi hal yang perlu diperjuangkan.
Apalagi moment lebaran hanya dirayakan
sekali dalam setahun. Karena itulah persiapan mudik lebaran umumnya
diperhitungkan jauh-jauh hari.
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini saya bisa berlebaran di Jogja tanpa harus bersusah payah melintasi jalur mudik. Setahun ini saya bekerja di kota cantik ini. Meski tidak mengalami kemacetan mudik, namun tentu saja jalanan di Jogja mulai terlihat macet. Utamanya beberapa hari sebelum Lebaran tiba. Bendaraan roda empat dengan plat luar kota mulai terlihat memadati beragam ruas jalan di Jogja. Kalau sudah begini macet begini, saya selalu mengingat nasehat seorang sahabat:
“Orang itu kalau belum bisa bersabar, ya minimal bersyukur Nok!” Nah!
Persiapan Takbiran Bersama Adik dan Keponakan Keponakan yang Jatuh yang Menutup Muka (dokumentasi pribadi) |
Terkait hal di atas, tahun ini saya
juga belajar pentingnya kesabaran dari keponakan kesayangan yang baru berusia sekitar
6 tahun. Sebelum mudik di tempat nenek, ia jatuh dari sepeda dan mengalami luka
yang cukup parah di sekitar mulut. Sampai menjelang hari Idul Fitri, bekas luka
tersebut masih terlihat dengan jelas. Lalu ada percakapan yang cukup
mengharukan yang diceritakan oleh tante saya.
Keponakan: Buk, adek nggak ikut Sholat Ied ya?
Tante:
Lho, memangnya ada apa le? (Le tidak lain merupakan kependekan dari thole, sebuah panggilan dalam bahasa
Jawa untuk menyebut anak laki-laki)
Keponakan: Adek malu Buk sama ini (menunjuk bekas luka di mulut).
Tante:
Nggak papa le. Salah satu alasan kita
jauh-jauh datang ke Jogja kan untuk Sholat Ied bersama. Kenapa harus malu? Malu
itu kalau melakukan kesalahan. Kan adek tidak salah. Ini kan musibah.
Akhirnya keponakan saya tetap mengikuti
Sholat Ied di lapangan. Usai sholat, mereka pun bersalaman dengan warga
sekitar. Secara otomatis kebanyakan dari mereka tentu menanyakan perihal luka yang
ada di mukanya. Pada akhirnya ia pun menjawab satu per satu pertanyaan yang
dilontarkan warga yang bersalaman dengannya. See?
Ketupat Lebaran (dokumentasi pribadi) |
Seperti lebaran pada umumnya, lebaran tahun ini
keluarga kami memasak ketupat lengkap dnegan opor ayam dan sambal krecek. Karena
di desa, cara masak kami sedikit berbeda dengan orang kota. Kami selalu memasak
ketupat di atas tungku dengan bahan bakar kayu. Kata Ibuk ketupatnya menjadi
lebih tanak. Walhasil
ketupat di rumah bisa bertahan selama 3 hari.
Takbiran Keliling di Jogja, 2015 (dokumentasi pribadi) |
Selain membuat makanan, ada beberapa tradisi
yang kami lakukan setiap lebaran tiba. Di malam terakhir puasa, kami melakukan
takbir keliling dengan rute tertentu. Dan bisa ditebak, takbiran kami
dilengkapi dengan beragam lomba yang mampu menyemarakkan suasana takbiran. Mulai
dari menghias obor hingga pembuatan berbagai benda unik yang diarak saat
takbiran. Ada miniatur masjid, gubug, kapal
dan yang lainnya. Peserta lomba tidak hanya anak-anak semata, namun remaja
hingga dewasa ada yang mengikuti event
tahunan ini. Bagaimana cerita malam takbiran di kampung halaman Anda?
Selain itu masih banyak keistimewaan yang
melengkapi lebaran keluarga kami tahun ini. Pertama tentunya kesempatan untuk
bertemu kembali bulan suci 1436 Hijriah ini. Ibu, bapak, adik dan sanak
keluarga sudah mulai berkumpul, bahkan beberapa hari sebelum Idul Fitri tiba. Bagaimanapun
juga berkumpul bersama keluarga merupakan hal membahagiakan yang tidak ternilai
harganya. Kedua adalah kehadiran cucu dari putera ketujuh nenek kami. Di usia pernikahan
yang menginjak 13 tahun tersebut, kini sudah diramaikan dengan tangisan seorang
putera yang sehat dan gagah. Bisa dibayangkan betapa istimewanya lebaran di
keluarga kami bukan?
Silaturahmi dengan Teman-teman Biologi UGM (dokumentasi prbadi) |
Usai sholat ied bersama, masih ada
tradisi bersilaturahmi yang masih dilakukan di Jogja, tepatnya di sekitar lingkungan
tempat tinggal saya. Semua tetangga saling bertamu untuk bersilaturahmi
sekaligus meminta maaf atas segala kesalan setahun belakangan. Selain menjadi ajang bekumpul bersama
keluarga, Jogja juga menawarkan beragam lokasi wisata keluarga yang menarik untuk diulik. Salah satunya adalah Kalibiru. Sebuah destinasi wisata alam yang menawan di Kulon Progo. Saya juga menyempatkan untuk bersilaturahmi dengan teman-teman Biologi UGM.
Kalibiru, Kulon Progo (dokumentasi pribadi) |
Libur lebaran tahun ini saya
sekeluarga memutuskan untuk jalan-jalan ke Kalibiru. Sebuah wisata alam yang
sedang naik daun di Jogja, tepatnya di Kabupaten Kulon Progo. Di sini Anda akan
dijamu dengan sejuknya udara Waduk Sermo yang dikeliling dengan hijau dan segarnya
pemandangan Pegunungan Menoreh. Di Waduk Sermo Anda dapat mencoba menikmati wisata perahu, sedangkan di Kalibiru Anda dapat mencoba wahana flying fox yang sedang menjadi trend di kalangan wisatawan. Ini cerita saya, bagaimana dengan moment istimewa lebaran Anda? Share di sini ya!
0 komentar:
Posting Komentar