Kamis, 10 November 2016

Menelisik Inovasi Wisata Jogja yang Membuatnya Kian Istimewa

Penataan Kembali Pedestrian di Kawasan Malioboro
Sudah sejak lama Jogja menjadi salah satu destinasi wisata yang digemari wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Data Badan Pusat Statistik (BPS) RI yang menunjukkan bahwa perkembangan jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Jogja menempati urutan tertinggi di lingkup nasional. Data tersebut diperoleh dari statistik kunjungan wisatawan mancanegara yang masuk melalui Bandara Adisucipto selama bulan Januari hingga Juli 2016. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kunjungan wisatawan asing di Jogja mengalami peningkatan sebesar 41,89%, jauh melebihi kenaikan di Lombok kunjungan wisatawan asing di Lombok yang berada di angka 33%.


Ada banyak faktor yang menjadikan Jogja sebagai salah satu destinasi wisata yang dilirik wisatawan mancanegara. Selain menawarkan wisata sejarah menawan seperti Candi Prambanan dan Keraton Yogyakarta, Jogja juga melakukan berbagai inovasi yang patut diacungi jempol seperti membuka objek wisata baru yang sesuai dengan selera “pasar”, merenovasi peninggalan sejarah yang ada hingga menghelat event wisata bertaraf internasional yang mampu menarik perhatian para wisatawan. Yuk telusuri lebih lanjut! 

Jogja Menawarkan Aneka Event Wisata yang Menarik untuk Ditelisik
Tercatat ada puluhan event wisata di Jogja yang mampu mencuri perhatian wisatawan seperti Art Jog, Festival Kesenian Yogyakarta (FKY), Pasar Kangen, Ngayogjazz, Sekaten, Jogja hingga Street Performance. Banyak diantara nya yang dapat dinikmati secara cuma-cuma. Tak ayal hal ini mampu menjadi daya tarik tersendiri baik bagi wisatawan. Selain itu, berbagai peradaban warisan budaya dunia berkembang pesat di Jogja.

Selain memiliki puluhan candi bersejarah, Jogja juga memiliki warisan budaya yang diakui dunia.Pada tanggal 02 Oktober tahun 2009 lalu misalnya, UNESCO secara resmi menobatkan beberapa warisan budaya Indonesia seperti wayang, keris dan batik sebagai The Represetative List of The Intangible Culture Heritage of Humanity. Dalam hal ini batik dinobatkan sebagai Masterpieces of Oral and Intangible Cultural Heritage of Humanity.

Bahkan pada tanggal 18 Oktober 2014, Dewan Kerajinan Dunia, World Craft Council (WCC) juga menobatkan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia. Penobatan yang dilakukan di kota Dongyang, Tiongkok ini didasarkan pada tujuh kriteria batik Jogja yang memiliki nilai historis, orisinalitas, regenerasi, nilai ekonomi, ramah lingkungan, mempunyai reputasi internasional sekaligus mempunyai persebaran batik yang begitu luas.
Jogja International Batik Biennale

Guna memberikan kontribusi bagi pengembangan batik di Indonesia sekaligus mengangkat tradisi batik di tingkat dunia, pada tanggal 12 hingga 16 Oktober 2016 dihelatlah sebuah pagelaran batik bertaraf internasional bertajuk Jogja International Batik Biennale (JIBB). Selain menampilkan koleksi batik dari berbagai penjuru nusantara, acara bertema Tradition for Innovation yang terselenggara atas kerjasama Pemerintah DIY, penggiat batik, paguyuban pencinta batik dan swasta ini juga mengundang berbagai pakar dunia untuk diajak berdiskusi dan bertukar pikiran mengenai batik.

Selain diajak untuk mengikuti World Heritage Tour ke berbagai tempat yang menyuguhkan keindahan batik nusantara seperti Museum Batik di Keraton Yogyakarta dan Museum Ulen Sentalu, peserta JIBB juga  diajak mengikuti workshop batik di salah satu sentra batik tulis Jogja di Imogiri. Salah satu hal yang menarik dalam event ini adalah dikenalkannya pewarna alam batik Imogiri yang sudah dikenal sejak jaman kolonial Belanda bernama indigofera tinctoria. 
Ajang Memperkenalkan Pewarna Indigo Khas Imogiri di Mata Dunia
Meski sudah ada sejak jaman dahulu, namun penggunaan pewarna alami ini kembali hits usai gempa Jogja yang terjadi di tahun 2006 silam. Karena keterbatasan permodalan usai gempa, akhirnya pembatik Imogiri hanya mampu membatik menggunakan pewarna alam ini. Tidak disangka-sangka, hasil batik dari pewarna alam tunggal ini malah disukai para penikmat batik. Kini, selain dikenal dengan sebutan batik indogo, batik asal Imogiri ini dikenal pula dengan sebutan batik gempa.
Contoh Batik Imogiri dengan Pewarna Indigo
Selain itu, acara ini juga mengenalkan budaya Keraton Yogyakarta. Salah satunya warisan budaya Keraton yang dipamerkan dalam event JIBB ini adalah gaun pengantin serta kain Prada berlapis emas yang digunakan saat penobatan Raja Jogja berikut ini:
Kain Prada: Kain  Digunakan Dalam Penobatan Raja Keraton Jogja yang Dipamerkan Dalam Ajang JIBB
Membuka Aneka Destinasi Wisata Menarik di Berbagai Sudut Kota Jogja
Tercatat ada berbagai tempat wisata baru di Jogja yang hits di sosial media mulai dari Hutan Pinus di kawasan Imogiri, Bukit Breksi di Sleman hingga Pantai Nglambor yang menjadi salah satu surga snorkeling di Jogja. Selain itu, Jogja juga melakukan pemugaran pada peninggalan sejarah yang lama terbengkalai. Salah satunya adalah Situs Warungboto yang berada di Jalan Veteran, Jogja, tak jauh dari kawasan Gembira Loka Zoo. Kini area yang dulunya merupakan tempat peristirahatan Hamengku Buwono II ini tak lagi terlihat seperti reruntuhan bangunan rumah tua, namun sudah menjelma area wisata sejarah yang banyak dikunjungi warga ataupun penikmat wisata sejarah dari berbagai kota diluar Jogja. Ternyata Situs Warungboto merupakan area pemandian yang fungsinya mirip dnegan situs pemandian menawan kenamaan di Jogja, Taman Sari.

Perbaikan Inovasi Publik di Kota Gudeg
Selain membuka berbagai tempat wisata yang menarik, tercatat ada begitu banyak perbaikan fasilitas publik yang dilakukan di Jogja, mulai dari pembuatan kantong parkir di Malioboro, penggantian armada baru Trans Jogja, dibukanya Stasiun Brambangan hingga pembangunan Jalur Lingkar Selatan Jogja. Yuk ulik satu-satu!

Melawan Kemacetan
Kemacetan di jantung kota merupakan salah satu masalah yang kerap dialami di beberapa kota di Indonesia, tidak terkecuali dengan Jogja. Salah satu titik macet di kota gudeg terjadi di kawasan Malioboro. Karena itulah masalah ini menjadi perhatian penuh pemerintah. Sejak tanggal hari Jum'at, 04 April 2016 yang lalu, Pemerintah Kota Yogyakarta mulai memberlakukan aturan baru terkait relokasi area parkir bagi pengunjung Malioboro, dari sisi timur Malioboro ke Taman Parkir Portable Abu Bakar Ali yang berada di dekat Stasiun Tugu Jogja. 

Ruang parkir baru ini dapat menampung hingga 2400 kendaraan dua. Bisa dibayangkan betapa nyamannya Malioboro saat ini bukan? Selain mengurangi tingkat kemacetan di sepanjang kawasan Malioboro, kini sisi timur jantung pariwisata kota gudeg ini berubah menjadi jalur pedestrian bagi para wisatawan. Asyik deh! Selain jalan menjadi lebih nyaman, kini menikmati wisata kuliner seperti putu ayu, klepon, cenil, lumpia hingga sate kere di Malioboro pun terasa lebih leluasa. 

Berikut Maliboro terkini yang saya potret beberapa waktu yang lalu:


Adanya Taman Parkir Portable Abu Bakar Ali Terbukti Efektif Mengurangi Kemacetan
Wajah Baru Taman Parkir Portable Abu Bakar Ali, Malioboro
Suasana Penataan Kembali Jalur Pedestrian Kawasan Malioboro....
Penataan Kembali Jalur Pedestrian di Kawasan Malioboro

Potret Malioboro Saat Ini, Lebih Lenggang dan Lebih Nyaman....
Suasana Malioboro Saat Ini
Potret Wisata Kuliner Sore di Malioboro. Putu Ayu, Klepon, Cenil, Lumpia Ada di Sini !
Geliat Wisata Kuliner di Malioboro di Sore Hari
Selain meluncurkan aturan baru terkait ruang kantong parkir di kawasan Malioboro, sejak April 2016 lalu ada pula aturan baru terkait aktivitas merokok di area publik di Jogja. Hal ini berkaitan erat dengan Peraturan Wali Kota Yogyakarta No 12 tahun 2015 yang mengatur tentang kawasan tanpa rokok yang akan diberlakukan secara bertahap di Jogja. Di tahap awal, larangan merokok ini akan dilakukan di kantor pemerintah, tidak terkecuali dengan Balai Kota Yogyakarta. Selain itu, peraturan ini juga melarang masyarakat luas untuk merokok di ruang publik seperti di sekolah, angkutan umum, tempat bermain anak hingga tempat olahraga. Keren!

Penggantian Bus Trans Jogja
Perbaikan pelayanan publik di Jogja tidak berhenti sampai di sini saja lho! Terhitung sejak Jum’at, tanggal 27 Mei 2016 yang lalu, Jogja meluncurkan 25 bus baru Trans Jogja sebagai pengganti bus Trans Jogja yang lama. Nantinya bus baru ini akan beroperasi bersama dengan 9 buah bus Trans Jogja lama yang masih layak untuk beroperasi. Bus baru ini dilengkapi dengan berbagai penambahan fasilitas untuk para penumpang. Salah satunya adalah ruangan khusus yang diprioritaskan bagi penumpang berkursi roda. Selain itu terdapat pula dua dua kursi yang diprioritaskan bagi penumpang khusus seperti penumpang lanjut usia, wanita hamil, penyandang disabilitas tanpa kursi roda serta ibu yang membawa serta buah hatinya saat naik Trans Jogja. Bus Trans Jogja yang baru ini juga dilengkapi dengan papan trayek digital yang akan menginformasikan keberadaan bus saat sedang beroperasi. Nantinya informasi tersebut juga bisa diperdengarkan pada penumpang yang tuna netra sehingga tidak akan salah turun halte. 

Dibukanya Stasiun Brambangan 
Selain bus Trans Jogja, ada kabar baik pula bagi pengguna setia kereta api. Pasalnya sejak 10 Juni 2016 yang lalu, Kereta Api Prambanan Express atau yang dikenal dengan nama Prameks membuka layanan di Stasiun Brambangan. Stasiun Brambangan merupakan stasiun yang berada di dekat Candi Prambanan. Dibukanya stasiun yang dulunya hanya melayani angkutan barang ini tentu dapat menjadi alternatif alat transportasi menarik bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Candi Prambanan. 

Dengan adanya aturan baru ini, nantinya Prrameks akan berhenti di delapan stasiun berbeda yang meliputi Stasiun Solo Balapan, Klaten, Brambanan, Maguwo, Lempuyangan, Tugu dan juga Kuotoarjo. Hanya satu yang perlu diperhatikan, bahwasanya kereta Prameks tidak akan berhenti di Stasiun Brambanan jika jumlah calon penumpang tidak mencapai 10 orang. 
Kereta Prambanan Ekspres yang Melintas Menuju Stasiun Lempuyangwangi
Pembangunan Jalur Lingkar Selatan Jogja
Inovasi pariwisata di Jogja terasa semakin lengkap dengan dibangunnya Jalur Lingkar Selatan Jogja. Pembangunan jalur alteratif yang direncanakan selesai di tahun 2019 nanti ini mulai menampakkan manfaat bagi masyarakat luas. Selain digunakan sebagai jalur alternatif untuk saat mudik, jalur ini juga mampu menghidupkan kembali wisata pantai yang berada di pesisir selatan Jogja, utamanya deretan pantai cantik yang berada di Kabupaten Gunungkidul. Salah satunya adalah Laut Bekah.

Laut Bekah merupakan spot tebing tertinggi di Gunungkidul yang berbatasan langsung dengan Pantai Selatan Jogja. Karena keindahannya, Laut Bekah dikenal luas sebagai Uluwatu Jogja. Tidak percaya? Cek saja!
Jalan Menuju Laut Bekah
(Note: Jalan Raya di kanan merupakan jalur Lingkar Selatan Jogja)

Jalan Menuju Laut Bekah

Jalan Menuju Laut Bekah
Keindahan Laut Bekah


Sayangnya setelah kelokan pertama Jalur Lingkar Selatan tadi, fasilitas jalan menuju Laut Bekah masih sangat minim. Selain menawarkan jalan berkelok khas pegunungan, kondisi jalan di sini masih berupa jalan bebatuan yang cukup riskan saat dilalui. Selain itu ketiadaan penerangan menuju Laut Bekah juga menjadi kendala tersendiri. Padahal lokasi wisata ini cukup potensial untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata unggulan di Jogja.

Selain Laut Bekah, Jalur Lingar Selatan Jogja juga memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke deretan pantai cantik lainnya yang terdapat di Gunungkidul seperti Pantai Baron, Krakal, Kukup, Sadeng, Sadranan hingga Sundak. Lain halnya dengan jalan menuju Laut Bekah, jalanan ke arah Pantai Baron sudah sangat baik. Dari Laut Bekah, saya dan rombongan melanjutkan untuk menikmati Pantai Baron dan Sundak. Karena beberapa hal, saya dan rombongan mengalami keterlambatan saat pulang. Usai adzan magrib kami baru memulai perjalanan dari Pantai Sundak ke Jogja. Tak dinyana, puluhan kilometer dari pantai Sundak kami susuri dengan penerangan dari lampu sepeda motor saja. Meski terdengar sepele, namun hal ini menjadi salah satu pengalaman wisata tak terlupakan bagi kami. Harapannya, selain perbaikan jalan, tentu penerangan di sepanjang jalan pantai kenamaan ini menjadi hal yang patut dipertimbangkan oleh pemerintah. Apalagi deretan Pantai Baron merupakan salah satu wisata alam unggulan di Gunungkidul.


Salam hangat dari Jogja, 
-Retno-

Artikel ini diikutkan dalam GPR Blog Competition dengan Tema Memotret Pembangunan Indonesia.

Referensi:
Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara ke DIY Tertinggi se-Indonesia, diakses dari


Perpustakaan Terbesar se-ASEAN Ada di Yogyakarta, diakses dari http://pewartayogya.com/perpustakaan-terbesar-se-asean-ada-di-yogyakarta/

Taman Parkir Abu Bakar Ali Siap Tampung Kendaraan, diakses dari http://jogja.tribunnews.com/2016/04/01/taman-parkir-abu-bakar-ali-siap-tampung-kendaraan

0 komentar:

Posting Komentar

 

Cerita NOLNIL Template by Ipietoon Cute Blog Design

Blogger Templates